Mehmet II naik takhta kembali saat ayahnya Murad II wafat dengan banyak pelajaran yang dipetik dari pengalaman sebelumnya serta kesalahan dari sejarah Kesultanan Ottoman yang memicu kemunduran.
Berusaha Membuktikan dirinya di mata para tokoh senior Ottoman dan publik, serta mewujudkan tujuan utamanya untuk menorehkan sejarah. Matanya tertuju pada penaklukan Konstantinopel, ibu Kota Bizantium saat itu.
Baca Juga: Donald Trump akan Melarang Penggunaan TikTok
Pada 29 Mei, kota itu akhirnya jatuh, membuat Mehmet II mendapat gelar sang penakluk yang layak.
3. Sukses memimpin diri sendiri sebelum orang lain
Al Fatih memiliki kebiasaan unik, selalu berkeliling di malam hari, memeriksa kondisi teman dan rakyatnya agar menegakkan shalat malam. Selain kecerdasaannya, ketundukannya pada sang Pencipta menjadikannya sukses di usia muda.
Sejarah mencatat sebelum al Fatih memeriksa teman dan rakyatnya agar shalat malam, sejak baligh hingga menutup mata, dia tak pernah meninggalkannya.***