HALOYOUTH - Ledakan di Beirut, Libanon menewaskan sedikitnya 135 orang dan melukai 5000 orang lainnya.
Dilansir dari al Jazeera, Kabinet Libanon mengumumkan kondisi darurat selama dua minggu di ibu kota dan menyerahkan kendali keamanan pada militer.
Baca Juga: Berupaya Hilangkan Disinformasi, Google Hapus 2.500 Channel YouTube
Berbagai dugaan muncul mengenai penyebab ledakan besar tersebut di antaranya;
Dilansir dari Washington post, Presiden Amerika Donald Trump mengatakan ledakan itu adalah
“serangan mengerikan”, tetapi belum ada bukti bahwa ledakan itu sengaja dilakukan.
Dilansir dari Anadolu Agency, para pejabat Israel dan Hizbullah kompak membantah tuduhan bahwa ledakan di Beirut adalah serangan Israel pada gudang senjata mereka sendiri.
Presiden Libanon, Michel Aoun mengatakan, ledakan itu disebabkan oleh 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan secara tidak aman di sebuah gudang.
Dilansir dari BBC.com Kepala Bea Cukai Badri Daher mengatakan, kepada media lokal bahwa lembaganya telah menyerukan agar amonium nitrat disingkirkan.
Baca Juga: Uji Klinis Tahap ketiga Vaksin COVID-19 Dimulai Hari Ini
“Ini tidak terjadi, dan kami menyerahkannya kepada para ahli untuk menentukan alasannya”, demikian ucap Badri dikutip dari BBC.com
Amonium nitrat digunakan sebagai pupuk dalam pertanian dan sebagai bahan peledak.