Sarah Records, Refleksi Asa Menentang Kapitalisme melalui Musik

- 18 Juli 2020, 20:52 WIB
Sarah Records. *Fadeawayradiate
Sarah Records. *Fadeawayradiate /*Fadeawayradiate/

Baca Juga: Berikut 4 Cara Memanfaatkan Waktu Luang di Masa Pandemi

Tak berhenti sampai di situ saja, image Sarah sebagai label musik indie yang idealis dan kontroversional juga terlihat dari keputusan mereka untuk berhenti tepat pada rilisannya yang ke-100.

Keputusan mengejutkannya itu tentu membuat publik heran dan banyak yang beranggapan bahwa Sarah sebenarnya bangkrut, lalu membuat skenario untuk “mati” di rilisannya yang ke-100.

Namun hal tersebut dibantah oleh Matt, dikutip dari buku “Bandung Pop Darlings”, bahwasanya jika Sarah bangkrut, mereka tidak akan mungkin mampu membayar total biaya sebesar 5000 pounds untuk memasang manifesto di media musik yang berjudul “A Day for Destroying Things”.

Bahkan, agar perayaan “kematian” mereka semakin afdol, mereka menggelar sebuah pesta pembubaran di Bristol.

Namun bukan Sarah namanya jika tidak ada maksud dan tujuan dibalik kelakuannya yang kontroversial.

Maksud dan tujuan Sarah membubarkan diri dan berhenti dari dunia musik, tidak lain sebagai upaya mengkritik serta menyindir label-label rekaman lain.

Hal ini juga menunjukkan konsistensi mereka dalam menentang praktik kapitalisme dalam tubuh sebuah label musik indie di Inggris.

Mereka merasa label lain terlalu naïf untuk menentukan pilihan, sebelum akhirnya juga sama-sama mati dan hilang tanpa jejak karena kalah saing dengan label rekaman besar.

Keputusan Sarah untuk “mati” pun merupakan salah satu keputusan yang visioner, sebelum praktik kapitalisme semakin menjajahi industri musik Britania Raya, dan label-label kecil seperti mereka akhirnya mati diterjang ombak kapitalisme yang begitu ganas.

Halaman:

Editor: Alvin Aditya Saputra


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x