Jangan Sampai Salah, Berikut Cara Merespon Emosi Anak dengan Tepat Menurut Psikolog Roslina Verauli

- 7 Februari 2022, 12:19 WIB
Roslina Verauli Memberikan Penjelasan Mengenai Cara Merespon Emosi Anak/Tangkap Layar Instagram/@ verauli.id /
Roslina Verauli Memberikan Penjelasan Mengenai Cara Merespon Emosi Anak/Tangkap Layar Instagram/@ verauli.id / /
 
HALOYOUTH – Tidak berbeda jauh dengan orang dewasa, seorang anak kecil juga memiliki berbagai emosi yang ada dalam dirinya. 
 
Emosi takut, marah, sedih, cemas, tertekan, bahagia maupun kecewa adalah beberapa emosi yang dirasakan oleh anak pada umumnya.
 
Setiap orang dewasa termasuk orang tua memiliki cara yang berbeda untuk merespon segala emosi yang dirasakan oleh sang anak. 
 
Pada pembahasan kali ini, Roslina Verauli seorang Psikolog memberikan tips yang tepat tentang cara merespon emosi anak.
 
Ada beberapa hal umum yang biasanya dilakukan untuk merespon emosi anak, misalnya dengan pernyataan.
 
Kok cengeng sih, gitu aja baperan.
 
Sudah, gitu aja kok takut.
 
Masa gitu doang ngga bisa.
 
Kok sedih sih kayak anak perempuan.
Ngga usah berlebihan, masa gitu aja cemas.
 
 
Menurut Psikolog Rosalina Verauli beberapa kalimat pernyataan di atas bukanlah cara yang tepat untuk merespon emosi anak, karena cenderung mempertanyakan apa yang dirasakan anak dan tidak menganggap adanya emosi yang dirasakan tersebut.
 
“Cara di atas bukannya membantu anak menerima emosi pribadinya untuk ia pahami dan kelola, justru malah mempertanyakan apa yang dirasakan anak. Bahkan, anak dituntut untuk buru-buru merasakan yang sebaliknya,” kata Roslina Verauli sebagaimana yang dikutip oleh Haloyouth.com dari akun Instagram pribadi @verauli.id yang diunggah pada 28 April 2021.
 
Cara lain yang kurang tepat untuk merespon emosi anak adalah orang tua yang terlalu terburu-buru untuk mengalihkan emosi anak, membandingkan, dan tidak mengakui serta menerima emosi yang ada.
 
Misalnya.
 
Dia aja berani, kok kamu ngga sih.
 
Emang yang kamu rasain itu benar? Coba pikirkan lagi deh.
 
Udah ngga usah takut, itu cuman binatang kecil.
 
Menurut Roslina Verauli dengan memberikan respon demikian, secara tidak langsung anak akan belajar mengabaikan apa yang dirasakannya karena menganggap itu adalah kesalahan dan hal yang tidak penting.
 
Kemudian, orang tua berharap pada masa yang akan datang sang anak akan tumbuh menjadi anak yang memiliki empati yang tinggi dan memiliki kecerdasan emosional yang baik, hal itu merupakan kenyataan yang berlawanan.
 
 
“Lantas anak mendadak diharapkan mampu mengelola emosinya, dituntut untuk berempati, dan cerdas secara emosional. Padahal perasaan anak tidak dianggap penting bahkan oleh figur yang penting dalam hidupnya,” jelas Roslina Verauli.
 
Menurut Roslina Verauli, agar anak memiliki keterampilan mengelola emosi yang baik pada saat dewasa maka diperlukan pendidikan yang tepat sedini mungkin, anak membutuhkan model tentang bagaimana mengelola emosi, sehingga anak bisa memahami bagaimana cara memberikan respon yang baik bagi setiap emosi yang dirasakan olehnya.
 
Dengan hal itu anak akan memiliki kecerdasan emosional yang baik, anak akan memahami bahwa saat merasakan emosi marah tidak perlu dilampiaskan dengan cara-cara kekerasan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. 
 
Akan tetapi setiap emosi tetap butuh diungkapkan secara tepat, kemudian dibantu untuk menerima dan memahami emosi yang anak rasakan.***
 
 
 

Editor: Adi Riyadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x