Apa itu Hari Raya Galungan? Ini Pengertian hingga Makna Penting

Tayang: 25 September 2024, 11:41 WIB
Penulis: Adi Riyadi
Editor: Tim Haloyouth
ilustrasi perayaan hari raya galungan
ilustrasi perayaan hari raya galungan /pixabay/

HALOYOUTH - Hari Raya Galungan adalah salah satu hari besar dalam agama Hindu yang diperingati oleh umat Hindu di Bali.

Perayaan ini menjadi momen penting karena dipercaya sebagai hari kemenangan kebaikan (dharma) atas kejahatan (adharma).

Hari Raya Galungan diperingati setiap 210 hari sekali berdasarkan kalender Bali atau yang dikenal dengan kalender Pawukon, sehingga jatuh pada hari Rabu Kliwon Dungulan.

Pada tahun 2024, Hari Raya Galungan akan diperingati sebanyak dua kali, yaitu pada hari Rabu, 28 Februari 2024, dan Rabu, 25 September 2024.

Galungan memiliki makna yang sangat mendalam bagi umat Hindu di Bali. Perayaan ini merupakan pengingat bahwa manusia harus senantiasa menjaga kebenaran dan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari, serta mampu melawan segala bentuk godaan yang membawa pada jalan kejahatan.

Kemenangan dharma atas adharma yang dirayakan dalam Hari Galungan juga menandai kembalinya para dewa dan leluhur ke bumi untuk memberkati umat manusia. Oleh karena itu, perayaan ini menjadi momen penting bagi umat Hindu untuk melakukan persembahyangan dan memanjatkan doa kepada para leluhur serta dewa-dewa.

Rangkaian perayaan Hari Raya Galungan diawali dengan berbagai persiapan yang dilakukan oleh masyarakat Hindu di Bali. Persiapan ini dimulai sejak beberapa hari sebelum Galungan.

Baca Juga: Kapan Hari Raya Galungan 2024? Berikut Makna hingga Rangkaiannya

Salah satu persiapan penting adalah pembuatan penjor, yaitu hiasan bambu melengkung yang dihiasi dengan janur, buah-buahan, padi, dan hasil bumi lainnya.

Penjor dipasang di depan rumah sebagai simbol persembahan kepada Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan dalam kepercayaan Hindu Bali, sebagai ungkapan syukur atas berkah yang telah diberikan. Selain itu, penjor juga melambangkan gunung sebagai tempat suci yang dianggap sebagai tempat tinggal para dewa.

Sehari sebelum Hari Raya Galungan, umat Hindu di Bali melaksanakan Penyekeban, yaitu hari di mana umat diminta untuk mengekang hawa nafsu dan meningkatkan pengendalian diri.

Pada hari ini, umat Hindu memulai persiapan makanan dan persembahan yang akan digunakan untuk upacara keesokan harinya. Salah satu makanan yang umum disiapkan adalah lawar, yaitu makanan tradisional Bali yang terdiri dari campuran daging, sayuran, dan bumbu khas Bali.

Hari Galungan sendiri ditandai dengan persembahyangan yang dilakukan di pura-pura, baik di pura keluarga maupun di pura desa.

Umat Hindu akan mengenakan pakaian adat Bali dan membawa sesajen berupa buah-buahan, bunga, dan kue tradisional sebagai persembahan kepada para dewa dan leluhur. Doa-doa dipanjatkan agar umat manusia senantiasa berada di jalan kebenaran dan mendapatkan perlindungan serta berkah dari para dewa.

Setelah upacara persembahyangan di pura selesai, umat Hindu biasanya akan melakukan kunjungan ke rumah-rumah kerabat untuk mempererat tali persaudaraan. Tradisi ini dikenal dengan istilah ngaturang ayah, yaitu memberikan bantuan berupa makanan atau persembahan kepada sanak saudara sebagai bentuk rasa syukur dan kebersamaan.

Suasana Hari Raya Galungan di Bali sangat kental dengan nuansa kebersamaan, di mana setiap anggota keluarga berkumpul untuk merayakan kemenangan dharma dengan penuh suka cita.

Perayaan Galungan juga tidak terlepas dari adanya Hari Kuningan yang jatuh 10 hari setelah Galungan. Hari Kuningan merupakan puncak dari rangkaian perayaan Galungan, di mana umat Hindu percaya bahwa pada hari ini para dewa dan leluhur kembali ke kayangan setelah memberikan berkah kepada umat manusia.

Baca Juga: 10 Ucapan Selamat Hari Raya Galungan dalam Bahasa Bali dan Artinya

Pada Hari Kuningan, umat Hindu melakukan persembahyangan kembali dan memanjatkan doa agar para leluhur senantiasa melindungi keluarga mereka.

Pentingnya Hari Raya Galungan di Bali juga tercermin dari pemberlakuan hari libur pada tanggal 25 September 2024. Pemerintah Bali memberikan hari libur pada hari tersebut agar umat Hindu dapat menjalankan prosesi keagamaan dengan lebih khusyuk dan fokus.

Dengan adanya hari libur ini, masyarakat Bali diharapkan bisa lebih mempersiapkan diri dalam merayakan Galungan, baik dari segi rohani maupun materi, serta melaksanakan seluruh rangkaian upacara sesuai dengan tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Selain sebagai perayaan keagamaan, Hari Raya Galungan juga memiliki dampak sosial dan ekonomi yang signifikan di Bali. Perayaan ini menjadi ajang untuk memperkuat ikatan sosial antarwarga, karena berbagai kegiatan dilakukan secara gotong royong, seperti persiapan upacara, pembuatan sesajen, hingga penyelenggaraan acara-acara adat lainnya.

Dari sisi ekonomi, Galungan memberikan dampak positif bagi para pedagang yang menjual bahan-bahan untuk persembahan, pakaian adat, hingga makanan khas yang banyak dibeli menjelang hari raya ini.

Namun, di balik kemeriahan perayaan Hari Raya Galungan, ada makna yang lebih mendalam yang perlu dipahami oleh setiap umat Hindu, yaitu pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan material dan spiritual. Galungan mengingatkan umat Hindu bahwa dalam kehidupan sehari-hari, mereka harus mampu mempertahankan nilai-nilai kebaikan, kejujuran, dan kebajikan, meskipun dihadapkan dengan berbagai tantangan dan godaan.

Dengan demikian, Hari Raya Galungan bukan hanya sekadar perayaan kemenangan dharma atas adharma, tetapi juga momen refleksi bagi setiap individu untuk kembali ke jalan kebenaran. Perayaan ini mengajak umat Hindu untuk selalu ingat bahwa kebaikan akan selalu menang, selama manusia tetap teguh dalam menjalankan ajaran-ajaran yang benar. Dalam konteks kehidupan modern, nilai-nilai yang terkandung dalam Galungan tetap relevan, terutama di tengah godaan materialisme dan hedonisme yang seringkali membuat manusia lupa akan makna kehidupan yang sebenarnya.

Hari Raya Galungan, dengan segala tradisi dan simbolismenya, menjadi salah satu wujud kekayaan budaya dan spiritual Bali yang sangat dihormati dan dijunjung tinggi. Meskipun diperingati dua kali dalam setahun, semangat Galungan terus hidup dalam setiap langkah kehidupan umat Hindu di Bali, mengingatkan mereka untuk selalu berjuang di jalan kebaikan dan menjaga hubungan yang harmonis dengan Sang Pencipta, sesama manusia, dan alam semesta.***


Tags

Terkini

Trending

Berita Pilgub