Apa Saja yang Dilakukan Ketika Hari Raya Galungan? Begini Ternyata Rangkaian Kegiatannya

Haloyouth - 25 Sep 2024, 11:56 WIB
Penulis: Adi Riyadi
Editor: Tim Haloyouth
25 September Apa Masuk Libur Nasional, Kapan Jadwal Hari Raya Galungan?
25 September Apa Masuk Libur Nasional, Kapan Jadwal Hari Raya Galungan? // Pixabay.com/

HALOYOUTH - Hari Raya Galungan adalah salah satu perayaan keagamaan terpenting bagi umat Hindu di Bali.

Perayaan ini diperingati dua kali dalam setahun pada 2024, yaitu pada hari Rabu, 28 Februari dan Rabu, 25 September.

Dalam tradisi Hindu Bali, Galungan menandai kemenangan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan), serta simbol kembalinya para leluhur dan dewa ke bumi untuk memberikan berkah kepada manusia.

Hari Raya Galungan di Bali dirayakan dengan serangkaian prosesi dan upacara yang mencerminkan kekayaan spiritual serta budaya Bali. Lalu, apa saja yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali selama perayaan Galungan?

Sebelum memasuki hari utama Galungan, persiapan dimulai beberapa hari sebelumnya. Salah satu yang paling terlihat adalah pemasangan penjor, yaitu tiang bambu melengkung yang dihiasi dengan janur, padi, buah-buahan, dan hasil bumi lainnya.

Penjor melambangkan gunung, tempat suci yang dianggap sebagai kediaman para dewa, serta sebagai simbol kesejahteraan dan syukur atas berkat yang diberikan oleh Sang Hyang Widhi Wasa.

Penjor dipasang di depan rumah-rumah umat Hindu, dan menjadi salah satu elemen utama yang memperindah suasana desa-desa di Bali selama perayaan Galungan.

Setiap keluarga memasang penjor sebagai bagian dari pengabdian mereka kepada Tuhan dan juga untuk menunjukkan keselarasan mereka dengan alam semesta.

Sehari sebelum Hari Raya Galungan dikenal sebagai Penampahan Galungan. Pada hari ini, umat Hindu di Bali melakukan penyembelihan babi atau ayam untuk persiapan berbagai makanan yang akan disajikan selama perayaan.

Makanan yang disiapkan tidak hanya untuk dikonsumsi oleh keluarga, tetapi juga sebagai persembahan kepada para leluhur dan dewa-dewa.

Baca Juga: Hari Raya Galungan Memperingati Hari Apa? Ini Jawaban hingga Sejarah yang Wajib Diketahui

Salah satu makanan khas yang disiapkan adalah lawar, campuran daging, kelapa parut, bumbu, dan sayuran, yang merupakan bagian dari tradisi kuliner Bali selama Galungan.

Selain lawar, umat Hindu juga menyiapkan makanan lain seperti sate babi dan tum, yaitu daging cincang yang dibungkus dengan daun pisang dan dikukus.

Pada malam hari Penampahan Galungan, umat Hindu biasanya melakukan sembahyang di rumah masing-masing.

Persembahyangan ini dilakukan sebagai bentuk penyucian diri dan pengendalian hawa nafsu sebelum memasuki hari besar Galungan.

Penampahan juga merupakan saat untuk merenung dan menyiapkan diri secara rohani agar lebih fokus pada tujuan perayaan Galungan, yakni kemenangan dharma atas adharma.

Ketika hari Galungan tiba, umat Hindu akan memulai hari dengan melakukan persembahyangan di pura keluarga, pura desa, dan pura lainnya.

Mereka mengenakan pakaian adat Bali yang indah dan membawa sesajen yang berisi bunga, buah-buahan, dan makanan sebagai persembahan kepada para leluhur dan dewa-dewa.

Persembahyangan dilakukan dengan khusyuk, memanjatkan doa untuk memohon berkah, perlindungan, dan kesejahteraan.

Prosesi persembahyangan ini menjadi salah satu momen paling penting dalam rangkaian perayaan Galungan, di mana umat Hindu merasakan kedekatan spiritual dengan para leluhur yang diyakini kembali ke bumi selama perayaan ini.

Setelah melakukan persembahyangan di pura, umat Hindu juga melakukan persembahyangan di tempat-tempat suci yang ada di rumah mereka. Umat Hindu di Bali umumnya memiliki tempat pemujaan keluarga di pekarangan rumah, yang dikenal sebagai sanggah atau merajan.

Persembahyangan di sanggah ini dilakukan untuk memohon berkah dan restu dari leluhur yang telah meninggal dunia. Doa-doa dipanjatkan agar keluarga senantiasa dalam perlindungan para leluhur dan hidup harmonis.

Selain persembahyangan, umat Hindu juga melakukan tradisi saling mengunjungi keluarga dan kerabat. Tradisi ini dikenal dengan nama ngaturang ayah, yang berarti memberikan bantuan atau berbagi kebahagiaan dengan sesama.

Dalam tradisi ngaturang ayah, umat Hindu saling memberikan makanan atau sesajen kepada keluarga dan tetangga sebagai bentuk syukur dan rasa terima kasih. Momen ini tidak hanya memperkuat hubungan keluarga, tetapi juga mempererat tali persaudaraan di antara masyarakat.

Baca Juga: Apa itu Hari Raya Galungan? Ini Pengertian hingga Makna Penting

Suasana penuh kekeluargaan dan kebersamaan sangat terasa saat umat Hindu saling berbagi makanan dan cerita tentang pengalaman spiritual mereka selama perayaan Galungan.

Selain itu, Galungan juga menjadi saat yang tepat bagi umat Hindu untuk melakukan introspeksi dan memperbaiki diri. Perayaan ini bukan hanya tentang ritual fisik, tetapi juga tentang pembersihan batin.

Umat Hindu diajak untuk merenungkan perjalanan hidup mereka dan memastikan bahwa mereka selalu berada di jalan kebenaran (dharma). Melalui persembahyangan dan doa-doa yang dipanjatkan, umat Hindu memperkuat tekad mereka untuk menjauhi godaan duniawi yang bisa menjerumuskan mereka ke dalam adharma.

Setelah Galungan, umat Hindu juga mempersiapkan diri untuk Hari Raya Kuningan, yang jatuh 10 hari setelah Galungan. Hari Kuningan merupakan puncak dari rangkaian perayaan Galungan, di mana umat Hindu kembali melakukan persembahyangan sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada para leluhur sebelum mereka kembali ke alamnya.

Pada Hari Kuningan, persembahan yang disajikan biasanya lebih sederhana dibandingkan saat Galungan, tetapi tetap sarat dengan makna spiritual. Umat Hindu memanjatkan doa agar para leluhur senantiasa menjaga dan melindungi keluarga mereka dari segala bentuk bahaya.

Pemerintah Bali menyadari pentingnya Hari Raya Galungan bagi umat Hindu, sehingga pada tanggal 25 September 2024, ditetapkan sebagai hari libur resmi di Bali.

Kebijakan ini bertujuan agar umat Hindu di Bali dapat mengikuti prosesi keagamaan dengan lebih khusyuk tanpa terganggu oleh urusan pekerjaan atau aktivitas sehari-hari. Libur ini memungkinkan masyarakat Hindu untuk benar-benar memfokuskan diri pada perayaan Galungan, menjalankan ritual dan tradisi dengan baik, serta menghabiskan waktu bersama keluarga dan kerabat.

Dengan berbagai prosesi yang dilakukan, Hari Raya Galungan menjadi perayaan yang penuh dengan makna spiritual dan sosial. Umat Hindu di Bali tidak hanya merayakan kemenangan kebaikan atas kejahatan, tetapi juga memperkuat hubungan mereka dengan Tuhan, leluhur, keluarga, dan masyarakat.

Melalui rangkaian ritual dan tradisi yang dilakukan, umat Hindu diingatkan akan pentingnya menjalani hidup sesuai dengan ajaran dharma, serta menjaga keseimbangan antara kehidupan duniawi dan spiritual.

Galungan bukan hanya sekadar perayaan keagamaan, tetapi juga momen penting bagi setiap individu untuk merenungkan makna hidup dan memperbaiki diri.

Setiap tahun, perayaan Galungan terus hidup dalam setiap generasi, menjadi warisan budaya dan spiritual yang sangat kaya, serta mengajarkan nilai-nilai kebaikan, kebersamaan, dan harmoni dalam kehidupan sehari-hari.***


Tags

Terkini

Trending

Berita Pilgub