Pendiri NU KH Hasyim Asy'ari Hilang dari Kamus Sejarah, Fadli Zon: Ini Masalah Serius

20 April 2021, 19:23 WIB
Fadli Zon. //Antara/Bagus Ahmad Rizaldi

HALOYOUTH - Sejumlah pihak ramai protes kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) soal kamus Sejarah Indonesia Jilid I.

Mereka memprotes lantaran dalam kamus Sejarah Indonesia Jilid I yang dibuat oleh Kemendikbud tersebut tidak ada nama KH Hasyim Asy'ari.

Hilangnya tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU) sekaligus pahlawan nasional itu dari buku sejarah tersebut menuai kritikan, termasuk anggota DPR RI, Fadli Zon.

Mereka pun meminta kepada Kemendikbud untuk menarik kamus Sejarah Indonesia jilid I dari peredaran.

Dikutip Haloyouth.pikiran-rakyat.com dari Pikira Rakyat nama Abu Bakar Ba’asyir yang dianggap sebagai penyokong radikalisme dan ditahan negara, justru tercatat.

Pada bagian sampul Kamus Sejarah Jilid I memang menampilkan gambar KH Hasyim Asy’ari, tetapi tidak ada penjelasan mengenai kiprah perjuangannya dalam kamus tersebut.

Menanggapi hal itu, politikus Partai Gerindra tersebut meminta agar investigasi segera dibuat guna mengusut ‘hilangnya’ nama pendiri NU dari kamus sejarah tersebut.

Hal itu disampaikan fadli Zon melalui unggahan di akun media sosial pribadinya pada Selasa, 20 April 2021.

Dia juga mempertanyakan kenapa tokoh penting seperti KH Hasyim Asy’ari bisa ‘hilang’ dari Kamus Sejarah buatan Kemendikbud tersebut.

Padahal, KH Hasyim Asy’ari selaku pendiri NU tersebut juga merupakan seorang pencetus resolusi jihad.

Sementara, nama tokoh-tokoh komunis seperti DN Aidit, justru tercatat di Kamus Sejarah Jilid I tersebut.

“Harus segera dibuat investigasi, kenapa tokoh penting KH Hasyim Asy’ari pencetus Resolusi Jihad bisa hilang, sementara yang komunis bisa ada,” tulis Fadli Zon di akun Twitter pribadinya.

Dia pun menilai hilangnya nama KH Hasyim Asy’ari dari kamus sejarah sebagai masalah yang serius, dan menuding ada pihak yang hendak membelokkan sejarah.

“Ini masalah serius. Ada yang hendak membelokkan sejarah,” kicau Fadli Zon.***

Editor: Nahrul Muhilmi

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler