Awal Pekan Rupiah Diprediksi Tertekan Akibat Menguatnya Dolar AS

- 12 April 2021, 11:19 WIB
Ilustrasi dolar/Pixabay/Geralt.
Ilustrasi dolar/Pixabay/Geralt. /

HALOYOUTH - Indeks dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi semakin menguat di angka 92,4. Hal itu diiringi semakin membaiknya data-data ekonomi AS yang kemungkinan mengalahkan laju ekonomi negara-negara Eropa dan kemungkinan akan menekan euro terhadap dolar AS.

Berdasarkan data Producer Price Index (PPI) Maret di AS yang naik 1 persen (yoy) lebih tinggi dari konsensus sebesar 0,4 persen (yoy) menunjukkan semakin membaiknya aktivitas produksi di AS dengan serangkaian stimulus fiskal dari pemerintah federal. Sementara itu Uni Eropa masih berkutat dengan kenaikan kasus COVID-19.

Hal itu juga berdampak pada nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan di Jakarta pada awal pekan diperkirakan MB akan tertekan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat.

Pada pukul 10:13 WIB, rupiah menunjukkan kelemahannya di angka 49 poin atau 0,34 persen ke posisi Rp14.614 per dolar AS, dibandingkan pada posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp.13.565 per dolar AS.

"Kenaikan yied US treasury dan indeks dolar kemungkinan akan membebani pergerakan rupiah," kata analis Samuel Sekuritas Ahmad Mikail dalam kajiannya di Jakarta, sebagaimana dikutip Haloyouth.pikiran-rakyat.com dari Antara pada Senin, 12 April 2021.

Ahmad mengatakan, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun diperkirakan naik ke level 1,68 persen. Para pelaku pasar berekspektasi data PPI AS yang meningkat kemungkinan bakal mendorong data Consumer Price Index (CPI) AS pada beberapa bulan kedepan.

"Minggu ini para pelaku pasar akan menanti data-data inflasi di AS bulan Maret untuk melihat arah pergerakan yield US treasury," ujar Ahmad.

Data PPI Maret di AS yang naik 1 persen (yoy) lebih tinggi dari konsensus sebesar 0,4 persen (yoy) menunjukkan semakin membaiknya aktivitas produksi di AS dengan serangkaian stimulus fiskal dari pemerintah federal. Sementara itu Uni Eropa masih berkutat dengan kenaikan kasus COVID-19.

"Kenaikan yield US treasury dan indeks dolar diperkirakan berlanjut dan menekan nilai tukar rupiah," kata Ahmad.

Halaman:

Editor: Nahrul Muhilmi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x