HALOYOUTH – Rumor keluarnya legenda bulutangkis Indonesia dari staf Binpres PBSI, kini giliran Fajar Alfian kena batunya.
Beberapa hari lalu, Taufik Hidayat menyatakan mundur dari kepengurusan PBSI karena menganggap dirinya sebagai wayang atau pajangan.
Kemuduran Taufik Hidayat seakan sedikit merusak kegembiraan Badminton Lover Nusantara setelah kembalinya Flandy Limpele dan Namrih Suroto yang kembali menukangi atlet Pelatnas, Cipayung.
Kabar kurang mengenakkan ini diketahui setelah Taufik Hidayat memberikan keputusan mengejutkan jika di dalam PBSI dirinya hanya dijadikan sebagai pajangan saja.
“Sebagai staf ahli Binpres tidak pernah diajak rapat, bahkan tidak dimintai masukan saat penentuan atlet maupun pelatih,” kata peraih medali emas Olimpiade Athena tersebut seperti dikutip dari Antara.
“Kalau Cuma jadi pajangan buat apa, mending di luar (PBSI),” tuturnya dengan nada kesal.
Meski tak berada di PBSI saat ini, Taufik Hidayat masih berkaitan erat dengan dunia bulutangkis. selain menjabat Wakil Ketua Pengprov PBSI Jawa Barat, ia juga menjabat Ketum PB SGS.
Nama-nama top jebolan PB SGS ini diantaranya adalah Anthony Ginting dan Fajar Alfian yang kini berada di peringkat 10 besar dunia.
Baca Juga: Valencia Tanoesoedibjo, Kekasih Kevin Sanjaya Ditawari jadi Artis, Begini Jawabannya
Seolah terbawa arus atas kisruh PBSI dengan dirinya. Kemudian, sebagai Ketua Umum PB SGS, Taufik Hidayat memberi kode keras terhadap atletnya yang bernaung di PB SGS jika dirasa tidak sepaham dengan kebijakan klub.
“Silahkan saja kalau pindah klub, namun semuanya harus sesuai dengan aturan,” kata pria berusia 40 tahun tersebut.
Taufik Hidayat juga menegaskan jika keluar dari klub PB SGS harus lebih baik lagi prestasinya.
“Kalau sudah pindah prestasinya harus lebih baik lagi. Jangan cuma perkara dia emosi, dia marah terus pindah,” ujarnya seolah masih terbawa emosi atas kekesalannya terhadap PBSI yang kemudian berimbas pada atlet binaannya di klub.
Bukan hanya itu, pernyataan emosional Taufik Hidayat ini dilatarbelakangi pula atas beberapa klub yang memberi bonus bombastis terhadap atletnya yang telah sukses membawa klub ke kancah international.
Namun, bagi klub yang dibinaTaufik Hidyat tersebut belum bisa memberikan apa yang telah dilakukan oleh klub lain.
Lain halnya dengan tandem Fajar Alfian, Muhammad Rian Ardianto yang diberi bonus oleh klubnya PB Jaya Raya. Begitupula atlet yang bernaung di PB Djarum.
“Selama ini klub mampu saja memberi bonus. Tidak bisa disamaratakan. Bonus itu tetap sesuai dengan kemampuan klub,” katanya menegaskan.
Jika atletnya ingin hijrah ke klub lain, Taufik Hidayat menyatakan ada aturan-aturan tertentu yang harus ditempuh.
“Ada biaya transfer, untuk besarannya sesuai dengan ranking. Kalau nggak salah paling rendah 92 miliar. Jika ranking tinggi, biaya juga mengikuti,” kata Taufik Hidayat menjelaskan.