Kisah Mistis: Keindahan Gunung Salak, Siapa Sangka Ternyata Simpan Cerita yang Menewaskan 8 Orang Pendaki

- 11 Januari 2022, 11:36 WIB
Ilustrasi Kisah Mistis: Keindahan Gunung Salak, Siapa Sangka Ternyata Simpan Cerita yang Menewaskan 8 Orang Pendaki
Ilustrasi Kisah Mistis: Keindahan Gunung Salak, Siapa Sangka Ternyata Simpan Cerita yang Menewaskan 8 Orang Pendaki /Pixabay/

HALOYOUTH- Gunung Salak merupakan kompleks gunung berapi yang terletak di selatan Jakarta, di Pulau Jawa. Kawasan rangkaian gunung ini termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Pengelolaan kawasan hutannya semula berada di bawah Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor, tetapi sejak 2003 menjadi wilayah perluasan Taman Nasional Gunung Halimun, dan dikelola sebagai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.

Gunung Salak berusia relatif tua sehingga memiliki beberapa puncak. Geoposisi puncak tertinggi gunung ini ialah 6°43' LS dan 106°44' BT dan dinamakan Puncak Salak I dengan ketinggian puncak 2.211 m dari permukaan laut (dpl.).

Banyak yang mengira asal nama "Salak" adalah dari tanaman salak, akan tetapi sesungguhnya berasal dari kata bahasa Sanskerta, salaka yang berarti "perak".

Baca Juga: Kisah Mistis: Bagaimana Jika Boneka Menggemaskan Ternyata Boneka Arwah, Bisa Bunuh Pemiliknya?

Namun dibakik keindahan Gunung Salak. Siapa sangka ternyata banyak menyimpan kisah misterius dari para pendaki gunung tertinggi di Pulau Jawa itu.

Dilansir Halloyouth.com Selasa 11 Januari 2022 melalui kanal YouTube @BiCo Story kisah misteri tragedi gunung salak 1987 pembukaan jalur pendakian baruberakhir dengan Petaka.

Dua Cerita horor berikut ini begitu menyeramkan. Tak hanya menyeramkan bahkan bisa membuat bulu kuduk merinding.

Jumat 20 februari 1987, 8 orang siswa merencanakan untuk mendaki, rencana itu tiba-tiba muncul karena aktivitas belajar saat itu mereka yang terganggu karena banjir yang menghadang sekolah mereka yaitu STM Pembangunan Jakarta Timur.

Baca Juga: Kisah Mistis Bulutangkis: Latihan di Malam Jumat, Hingga Diteriaki Sang Penunggu Tempat

Namun tepat di pagi yang di janjikan Yumarsanto salah satu pendakian saat itu namun terlambat bangu, meskipun tegesa- gesa ke tempat pertemuan, Dia hanya mencium bau penjual mie langganannya penjual itu juga mengatakan bahwa mereka semua sudah berangkat dan ternyata yumarsanto tidak tertinggal sendirian.

Entah karena alasan apa salah satu temannya yaitu boyke zulkarnain ternyata tidak ikut mendaki pagi itu sehingga di saat itu yang berngkat hanya 6 orang yaitu ahmad rudiyat, khoirudin, edy pujianto, irfan suparmadi, mulyadi dan juga wisnu hermanto.

Ketua rombongan saat itu secara tidak langsung dipimpin oleh Ahmad Rudiyat atau sering dipanggil dengan naman adit, bukan tanpa alasan adit memang yang paling berpengaruh, dirinya juga pernah naik gunung ciremai dan pangrango dan selain itu dalam rombangan tersebut hanya adit dan mulyadi yang merupakan anggota resmi pecinta alam disekolahanya. Namun demikian keberangkatan mereka tidak diketahui pihak sekolah ataupun dari pecinta alam.

Disaat itu hanya adit yang meminta izin kepada deua orang tuanya yaitu Letkol Sabirin,dan karena beranggapan ini hanya pendakian biasa Letkol Sabirin pun memberi izin serta memberikan uang sebesar 6000 rupiah, namun anggapan itu seperti nya keliru.

Baca Juga: Kisah Mistis Bulutangkis: Makhluk Halus Menggerakan Tangan Seolah Memanggil Greysia Polii, Bikin Merinding

Mereka bukan hanya sekedar mendaki lebih dari itu, mereka ingin membuka jalur pendakian baru, jalur itu sendiri sebenarnya sudah mulai di rintis pada tahun sebelumnya dan salah satunya juga yang ikut merintis adalah mulyadi.

Mereka ingin membuka jalur ke pancora 7 yaitu air terjun didekat puncak dan di saat itu belum banyak orang yang mengetahui, rencananya pembukaan jalur baru ini akan dilanjutkan salah satu organisasi di sekolah.

Yaitu teknik pembangunan pecinta alam dan nantinya akan dipimpin langsung oleh ketuanya yaitu Keli Daryono disinilah dugaan kuat bahwa Adit dan Mulyadi ingin mendahului mereka serta menjadi yang pertama menjadi pembuka rute itu.

Berangkatlah mereka mendaki gunung salak, namun sayangnya semangat mereka tidak didukung dengan persiapan yang matang hampir dua hari mereka mendaki pada hari minggu di tanggal 22 februari Letkol Sabirin mulai merasakan was-was ia merasa cemas karena saat itu anaknya blom pulang kerumah.

Baca Juga: Kisah Mistis Bulutangkis: Kursi Kuning di Istora Senayan, Pria Baju Putih Muncul dan Hilang Misterius

Harapannya saat itu adit sedang beristirahat dirumah temannya, namun ketika datang kerumah orang tua mulyadi mereka sama sekali tidak mengetahui bahwa anaknya mendaki gunung, begitupun dengan orang tua teman adit yang lain,saat itu sabirin juga kemudian mencari informasi kesekolah yaitu pada hari selasa namun rupanya mereka juga tidak mengetahui bahwa ada siswa yang pergi mendaki.

Dengan masih berharap terus anaknya selamat Sabirin pun pergi ke bogor dan kemudian mencari keterangan ke polsek ciomas, berbekal informasi dari polsek dan masyarakat sekitar, mereka mencoba melakukan pencarian digunung salak.

Namun karena dilakukan oleh para amatir mereka tidak menemukan hasil yang berarti pencarian baru dilakukan dengan persiapan yang matang setelah timsar pusat datang dan akhirnya ikut membantu, bantuan juga datang dari TPPA yang paham dimana terletak jalur baru itu.

Sukarelawan pun juga berdatangan disaat itulah mereka baru menemukan jejak pendakian seperti tulisan nama ditepi sungai ,juga tanda rapia yang digunakan untuk jejak tanda agar tidak tersesat.

Di hari ke 28 sejak hari pendakian 4 jenazah pertama akhirnya ditemukan namun dalam kondisi sudah sangat parah, dari penemuan barang dan jenazah, mereka mencoba menerka apa yang sebenarnya terjadi.

Baca Juga: Kisah Mistis Bulutangkis, di Sekitar Pelatnas Cipayung, Suara Aneh Hingga Penampakan Makhluk Astral

Namun yang pasti para siswa ini tidak membawa kompas, pakaian, dan juga makanan yng cukup dan yang paling mengherankan mereka tidak memiliki peta padahal mereka akan membuat rute baru.

Benar-benar minim persiapan, seperti saat mereka menemukan Mulyadi di saat itu dia tidak membawa jaket dan hanya menggunakan seragam sekolah miliknya, hal yang kelihatannya sangat sepele namun bisa menjadi penentu hidup dan mati untuk bertahan disebuah gunung, apalagi gunung salak.

Medannya yang tergolong sangat berat, banyak jurang dan juga lembah serta sungai dengan air terjun yang curam, vegetasi yang tumbuh rata-rata ditumbuhi dengan rotan, dan juga tanaman yang merambat.

Kondisi gunung selalu dalam keadaan basah yang membuat medan menjadi licin dan terkadang jarak pandang mereka menjadi terbatas, para remaja ini di perkirakan mengikuti tanda jejak rapia biru yaitu tanda yang di buat pada tahun lalu, saat pertama merintis jalur.

Untuk menyelesaikan tanda rapia biru diperkirakan membutuhkan waktu 7 jam pendakian, setelahnya mereka membuat tanda sendiri dengan tali rapia kuning, namun saat mengikuti tanda yang mereka buat daerahnya semakin terjal dan tali rapia kuning juga habis, medannya semakin berat membuat susah mereka untuk bergerak ke arah barat daya.

Atau jika mereka tidak sadar mungkin saja mereka justru bergerak ketimur, dimana jika sekilas dilihat tempatnya terlihat landai dan lampu perkemahan terlihat jelas meskipun sangat jauh, kondisi lapar dingin dan juga lelah tentunya bisa membuat mereka ingin pergi kesana, namun tanpa peta dan kompas mereka tidak akan menyadari bahwa didepan mereka ada jurang dan tebing yang sangat curam.

Baca Juga: Kisah Mistis Bulutangkis, Makhluk Halus Menggelayuti Kevin Sanjaya dan Marcus di Ajang Indonesia Open

Dilihat dari suasana panik yang tergesa-gesa sesuai dengan barang yang ditemukan berceceran disepanjang rute seperti sarung tangan, sapu tangan, sumbu kompor dan juga Supermie yang utuh.

Apa yang terjadi kemudian masih sangat sukit diprediksi, pencarian masih terus dilakukan dan masuk di tanggal 11 april 2 jenazah terakhir akhirnya berhasil ditemukan itu adalah jenazah adit dan irfan supandi.

Keduanya ditemukan di ketinggian 1375 meter namun jenazah keduanya terpisah hampir 1km dipisahkan oleh dua bukit dan lembah yang terjal, di duga pada awalnya seorang dari mereka jatuh disungai atau terhempas dari punggung barat sungai cibadak adit dan irfan kemudian mencoba mencari bantuan,sementara 3 rekannya menunggu ditempat tersebut.

Baca Juga: Kisah Mistis Yang Dialami Atlet Bulutangkis Ini Bikin Merinding

Namun kelaparan dan juga kelelahan akhirnya membuat khoirudin, mulyadi dan juga wisnu takuat bertahan Mereka meninggal berdekatan di pinggir sungai berbatu, yang lebarnya tidak sampai 5cm.

Sementara adit dan irfan mereka menyisir punggung bukit ke arah timur, suara radio dari penduduk pun terdengar tapi semakin ketimur mereka mendapati medan yang ke jurang tentunya mereka bergerak ke arah barat celakanya justru tebing-tebing di barat lebih curam.

Dan disinilah mereka pada akhirnya meninggal dunia, itu hanyalah prediksi berdasarkan penemuan letak korban apa yang terjadi sebenarnya mungkin berbeda karena bagimanapun mereka semua sudah meninggal dunia tidak ada saksi yang menceritakan apa yang terjadi.***

Editor: Adi Riyadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah