HALOYOUTH - Supendi atau biasa akrab disapa Spenk A-Fenk, lahir di Serang pada 20 Juni 1981. Saat ini ia menetap di Kecamatan Ciwandan, Cilegon.
Aktivitas sehari-harinya mengabdi sebagai tenaga pendidik di MA. Al-Khairiyah Tegalbuntu dan di SDN Kubang Sari lI di Cilegon. Selain itu, ia juga aktif di beberapa organisasi kepramukaan, kepemudaan, dan profesi.
Sebagai seorang tenaga pendidik, Supendi aktif menulis puisi. Ia telah menerbitkan dua buku puisi berjudul Menuju Kota Pagi dan Antologi Puisi Sir.
Ciri khas puisi Spenk A-Fenk adalah pendek namun, sarat dengan makna.
Muhammad Rois Rinaldi, salah satu Penyair Banten memberikan komentar dalam Buku Menuju Kota Pagi, ia menulis menurutnya Spenk cukup bijak dalam menghadirkan puisi yang prismatic: tidak gelap segelap gelapnya tidak juga terang benderang. Sehingga pembaca dapat leluasa membangun imajinasi dalam proses penghayatannya.
Baca Juga: 25 Kata-Kata Bijak KH. Zainudin MZ Penuh Makna yang Mendalam, Cocok untuk Motivasi Hidup
Puisi prismatic memang memungkinkan beberapa kalangan pembaca, yang jarang atau awam sastra, kesulitan menembus ruang-ruang maknanya, lantaran menghadapi simbol-simbol, baik simbol personal maupun universal yang ketat.
Muhammad Rois Rinaldi juga menuliskan, kesulitan-kesulitan memahami puisi prismatic dapat ditangani jika pembaca bersedia melakukan pendalaman yang lebih.
Berikut Haloyouth sajikan 10 karya puisi Supendi yang dimuat dalam buku Menuju Kota Pagi, cet. 1, penerbit Sembilan Mutiara Publishing.
(1)
TAUBAT
malamku
menyusu di ketiak ibu
2016
Baca Juga: Timnas U24 Diisi Amunisi Baru, Ramadhan Sananta Siap Jebol Gawang Uzbekistan!
(2)
AKU
aku mencipta tuhan
Tuhan mencipta aku
aku adalah tuhan
Tuhan dalam aku
kubunuh
bunuh aku, Tuhan
2013
(3)
DALAM GIGIL
langit menangis
seekor katak memanggil Tuhan
2013
(4)
DI BERANDA PAGI
ada yang tergeletak di beranda pagi
yang ditinggalkan langit malam
hasil dari pergumulan antara bulan dan bintang
gigil angin jadi saksi
tak ada kekalahan tak ada pemenang
ada yang tergeletak di beranda pagi
bergeliat di pucuk-pucuk hijau
dan rebah
Cilegon, 27 September 2013
Baca Juga: Kisah Menarik: Syaikh Nawawi Banten Buktikan Kehalalan Belut Pada Orang Arab
(5)
RINDU
pada langit malam
kutitipkan pagi
mata yang kaca
luruh mencari tiada
2013
(6)
WAKTU MALAM
di kegelapannya yang rahasia
aku melihat wajah ibu
Ciwandan, 6/6/2013
(7)
NADA AWAL
pagi yang embun
tetes air
mengalir di kaca mentari
aku melihat wajah Tuhan
Sariater, 22/5/2013
(8)
TUHAN, AKU, DAN ENGKAU
kucela engkau
Tuhan mencela
engkau mencela Tuhan
aku mencela engkau
Tuhan diam!
2013
(9)
TERSESAT
mencari terang dalam terang
gelap yang kutemu
lilin kunyalakan dalam sepi
meredup sebelum sampai pada terang
Barat, timur
tempat segala
Selatan dan utara
Kemana arah?
Aku tersesat!
2013
(10)
ANG
sekawanan belalang beterbangan
hinggapi tubuh ilalang
wajah polos anakanak sawah menatap kosong
sisiri sahara pematang yang kerontang
sepoi angin sekilas melenggang
lalu hilang
di antara pancangpancang panjang
yang berdiri di tanah-tanah lapang
ilalang teman belalang
ditelan zaman, hilang
tinggal tangantangan setan belang
lobangi waktu, tinggal bayang
nenek moyang, kini, pulang
ke liangliang
kemarin bilang:
akan dibawa kemana alam sekarang?
Cilegon, 12/4/2013
Baca Juga: Habib Ali Al Jufri Sebut Bentuk Keindahan Fisik Rasulullah SAW
Ferdyan, penulis buku Membaca Arah Angin menuliskan dalam komentarnya, sebagai seorang pramuka yang dekat dengan alam, Spenk berhasil menangkap suara-suara alam, lalu menginternalisasikannya dengan inti terdalam pada dirinya. Yakni, bahasa kejujuran manusia tentang hakikat kebenaran.Oleh sebab itu, puisi-puisi mungil Spenk begitu meresap dalam hati, terutama puisi yang berbicara soal ketuhanan.
Demikianlah 10 karya puisi Supendi atau biasa akrab disapa Spenk A-Fenk. ***