Bikin Melongo! Ternyata Begini Metode China Merakit Atlet Bulutangkis Kelas Dunia, Termasuk Lin Dan

1 September 2021, 18:44 WIB
Potret Lin Dan, pemain bulutangkis terbaik asal China yang menyabet dua medali Olimpiade /ARND WIEGMANN/REUTERS

HALOYOUTH - China termasuk salah satu negara maju, kekuatan Ekonomi China dikabarkan mampu menyaingi negara Paman Syam, Amerika Serikat, ini tak dapat diragukan lagi.

Selain unggul dalam kekuatan ekonomi, China juga ternyata sukses menciptakan atlet-atlet berkualitas dunia.

Terbukti dari hasil perolehan medali hampir dari semua cabang olahraga dan seluruh kejuaraan, termasuk di ajang Olimpiade Tokyo 2020. Keberhasilan China dalam menjuarai berbagai olimpiade ini tak didapat secara instan.

Baca Juga: Diam-diam Pelatih Bulu Tangkis Ganda Putra Indonesia ini Curi Ilmu Dari China, Siapa Dia?

Berikut beberapa cara China untuk jadi juara di olimpiade.

1. Fasilitas olahraga umum dapat ditemukan di mana saja

Fasilitas olahraga di China sangat banyak dan terawat, salah satu contohnya yaitu lapangan bulu tangkis.

China memiliki banyak lapangan bulutangkis, ada sekitar 190.600 lapangan, wajar memang jika China merajai bulutangkis, misalnya pada Olimpiade Tokyo kemarin, China berada di urutan kedua setelah Amerika Serikat untuk seluruh cabang olahraga, dan urutan pertama untuk cabor tepok bulu.

Baca Juga: Ternyata Kehebatan Marcus Gideon Turun dari Sang Ayah, Pemain Bulutangkis di Era Liem Swie King, Ini Sosoknya

Selain itu, pemerintah China juga tak segan-segan mengucurkan dana sekitar US$3 miliar untuk membiaya para atletnya berjuang di berbagai ajang kejuaraan dunia.

2. China memiliki sekolah khusus Atlet

China benar-benar serius dalam menciptakan atlet-atlet berkualitas.

Selain anggaran yang besar, negeri Tirai Bambu itu juga mendirikan sekolah-sekolah khusus olahraga.

Sekolah-sekolah ini didirikan untuk menciptakan generasi atlet berkualitas sejak dini, misalnya Sekolah Olahraga Shichahai di Beijing yang dibiayai oleh pemerintah.

Baca Juga: Bukan China atau Denmark, Ini Lawan Berat Indonesia di Piala Thomas dan Uber 2020: Misi Kemenangan

Para siswa di sini akan dilatih sejak dini hingga mencapai usia 19 tahun, setelah itu mereka akan dilepas untuk berjuang di ajang-ajang olimpiade.

3. Latihan sangat keras dan disiplin

Sistem latihan di China ada tiga tingkat, sekolah olahraga bagi anak-anak, akademi olahraga, dan tim olahraga profesional.

Untuk anak-anak yang berbakat, mereka akan ditempatkan di Sekolah olahraga bagi anak-anak.

Lalu, mereka yang berpotensi menjadi atlet akan ditempatkan di Akademi Olahraga

Baca Juga: Pelatih Indonesia ini Bikin Lin Dan Jadi Monster Bulu Tangkis Dunia, Berkah untuk China

Sedangkan mereka yang telah menjadi atlet akan ditempatkan di Tim Olahraga Profesional.

Latihan yang digunakan juga sangat berat, beberapa atlet kelas dunia pernah mengalami hal mengerikan pada saat latihan.

Misalnya Wu Minxia, pemenang dua medali emas loncat indah, saat berusia sepuluh tahun ia mengalami luka dan pendarahan di kakinya.

Bahkan juga Lin Dan, sang Legenda badminton asal China itu tak luput dari pengalaman cedera saat latihan

Baca Juga: Profil Zi Jian-Wang Chang, Musuh Bebuyutan The Babies Asal China yang Kalah Dua Kali di Final

4. Tak ada perbedaan gender dalam latihan.

Kesetaraan gender, itu kata yang tepat dalam menggambarkan sistem latihan para atlet di China.

Sistem latihan di China tak membedakan antara perempuan dan laki-laki, mereka berlatih bersama untuk meningkatkan skill masing-masing.

Begitulah cara China menciptakan para atlet berkualitas.

Pemerintah China sangat antusias di bidang olahraga seperti tak mau ketinggalan dari kesuksesan mereka dalam bidang ekonomi.*

Editor: Rifqiyudin

Sumber: Beragam Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler