Fakta Sejarah: Fenomena Bunuh Diri Massal di Amerika Serikat

26 Juli 2020, 14:13 WIB
Ilustrasi bunuh diri. *Pixabay /Pixabay/

HALOYOUTH - Media sosial kini tengah dihebohkan dengan berita beragam kematian. Baik kematian akibat kecelakaan, terinfeksi virus Corona, aksi bunuh diri, hingga yang terbaru kematian editor Metro Tv, Yodi Prabowo yang diduga polisi melakukan bunuh diri.

Dilansir Haloyouth dari Mantra Sukabumi dalam “Aksi Bunuh Diri Massal di Amerika Serikat, 909 Orang Tewas,” aksi bunuh diri juga pernah dilakukan beberapa artis terkenal dunia, diantaranya Daul Kim yang merupakan model internasional ini ditemukan tewas gantung diri di apartemennya di Paris, Lucy Gordon yang merupakan bintang film Spiderman 3. Dirinya tewas gantung diri di Paris karena depresi. Mindy McCready tewas dengan cara menembak kepalanya sendiri dengan pistol. Jonathan Brandis ditemukan tak bernyawa setelah menggantung dirinya sendiri.

Selain para artis ternama, ternyata ada catatan sejarah mengenai aksi bunuh diri fenomenal di Amerika Serikat Selatan pada 18 November 1978.

Baca Juga: Tribun NBA Akan Diisi oleh 300 Kursi Penggemar Virtual

Peristiwa tersebut terjadi di sebuah perkebunan di Guyana, sebuah wilayah terpencil di Amerika Selatan dan menewaskan sebanyak 909 orang.

Aksi bunuh diri dengan cara meminum racun itu dipimpin Jim Jones, pendiri Peoples Temple terhadap ratusan pengikutnya.

Dikutip Mantra Sukabumi dari History, cerita bermula dari Jim Jones yang merupakan pemimpin karismatik yang mendirikan Peoples Temple (Kuil Rakyat), sebuah sekte yang mendeklarasikan diri sebagai pecahan Kristen di Indianapolis pada 1950-an. Ia berkhotbah menentang rasisme serta jemaatnya yang menarik banyak orang Afrika-Amerika.

Baca Juga: Terkenal Jor-joran dalam Hal Transfer, Persib Pernah Kesulitan Datangkan Pemain Ini

Pada tahun 1965, ia memindahkan kelompoknya ke California Utara, menetap di Ukiah dan setelah 1971 di San Francisco. Lima tahun setelah itu, sektenya dituduh telah melakukan penipuan keuangan, penganiayaan fisik terhadap anggotanya dan penganiayaan anak-anak.

Menanggapi kritik itu, Jones yang semakin paranoid mengajak pengikutnya untuk pindah ke Guyana. Tiga tahun sebelumnya, beberapa orang pengikutnya telah lebih dulu pergi ke negara terpencil itu untuk mendirikan apa yang mereka sebut dengan surga Jonestown di sebuah bidang tanah.

Pada kenyataannya, Jonestown tak pernah menjadi surga seperti yang dijanjikan oleh pemimpin mereka. Para anggota Peoples Temple setiap hari bekerja di ladang dan akan mendapat hukuman ketika mereka mempertanyakan wewenang Jones. Paspor mereka disita dan surat-surat mereka disensor. Jones seringkali meminta para anggotanya untuk ikut dalam latihan bunuh diri pada tengah malam.

Baca Juga: Jelang Latihan Perdana, Timnas Manfaatkan Waktu untuk Perbaikan Nutrisi

Pada tahun 1978, beberapa mantan anggota Peoples Temple meyakinkan anggota Kongres Amerika Serikat dari California, Leo Ryan untuk pergi ke Jonestown dan menyelidiki pemukiman itu. Pada 17 November 1978, Ryan bersama sejumlah jurnalis dan pengamat tiba di Jonestown. Kunjungan yang awalnya berjalan lancar, berubah menjadi kebingungan saat beberapa warga Jonestown meminta untuk ikut keluar beserta rombangan yang akan meninggalkan tempat tersebut.

Jones menganggap hal tersebut merupakan penghiatan dari warga kepada dirinya. Karena merasa tertekan, Jones memerintahkan bawahannya untuk menyerang Ryan dengan pisau. Beruntung Ryan berhasil melarikan diri tanpa terluka. Tak berhenti sampai situ, Jones kemudian meminta beberapa pengikutnya untuk menyerang rombongan Ryan di landasan udara ketika mereka berusaha pergi. Namun, nasib Ryan beserta rombongannya kini tak tertolong. Ryan beserta empat orang lainnya berhasil dibunuh ketika mereka naik pesawat sewaan.

Setelah peristiwa itu, Jones meminta semua pengikutnya untuk berkumpul di gedung utama dan melakukan apa yang disebutnya sebagai tindakan revolusioner. Mereka yang meninggal pertama-tama adalah anak-anak. Mereka diracun menggunakan campuran sianida, obat penenang dan jus buah yang disemprotkan ke dalam tenggorokan mereka dengan jarum suntik.

Baca Juga: Fuenlabrada Laporkan Tambahan Kasus Positif COVID-19 Sebanyak 12 Orang

Setelah semua anak meninggal, giliran orang dewasa yang meminum sebuah ramuan bercampur racun. Saat meminum racun itu, para penjaga bersenjata lengkap telah mengelilingi mereka dan bersiap untuk menembak siapa pun yang enggan meminumnya.

Ketika para pejabat Guyana tiba di kompleks Jonestown pada hari berikutnya, mereka menemukan tumpukan ratusan mayat. Banyak orang tewas dengan tangan mereka saling berpelukan.

Beberapa penduduk berhasil melarikan diri ke hutan ketika bunuh diri terjadi, sementara setidaknya beberapa lusin anggota Peoples Temple, termasuk beberapa putra Jones, selamat karena mereka berada di bagian lain Guyana pada waktu itu.

Tragedi Jonestown mengakibatkan kerugian nyawa terbesar dalam insiden tunggal yang disengaja, dalam sejarah kehidupan sipil Amerika Serikat rekor yang kemudian dipecahkan oleh tragedi teror 11 September 2001.***(Andriana/Mantra Sukabumi)

Editor: Fauzian Ahmad

Sumber: Mantra Sukabumi

Tags

Terkini

Terpopuler