KH Hasyim Asy'ari sebagai pimpinan Pondok Pesantren Tebu Ireng ditangkap karena dianggap menentang Jepang.
Penangkapan ini membuat kericuhan di Tebu Ireng, dan menimbulkan reaksi dari para putra beliau; KH Wahid Hasyim, Karim Hasyim dan Yusuf Hasyim serta deretan para santri Baidlowi (menantu beliau), Kang Solichin, orang kepercayaan, serta tiga santri muda yaitu Harun, Kamid dan Abdi.
Baca Juga: Aplikasi BRImo Permudah Nasabah, Tak Terkecuali Terhadap Kalangan Santri
Atas dasar perlawanan itu KH. Hasyim Asy’ari akhirnya ditangkap oleh Jepang dan membuat sang Putra yaitu KH Wahid Hasyim (Agus Kuncoro) dan para santri yang salah satunya bernama Harun (Adipati Dolken) berusaha membebaskan sang Ulama.
Namun setelah sang Ulama bebas pun, tidak membuat Jepang mundur dan malah memaksa rakyat Indonesia untuk menyerahkan hasil panen.
Atas dasar tindakan yang dilakukan oleh Jepang, Presiden Soekarno akhirnya meminta KH. Hasyim Asy’ari untuk membantu perlawanan terhadap Jepang.
Baca Juga: Doa Kyai dan Santri di Banten untuk Kemenangan Ganjar-Mahfud di Pilpres 2024
KH. Hasyim Asy’ari pun menjawab permintaan Presiden Soekarno dengan mengumpulkan santri – santrinya yang dibantu dengan masa penduduk Kota Surabaya untuk berjihad melawan Jepang.