Toxic Relationship Kerap Terjadi di Kalangan Remaja, BK Untirta Gelar Webminar

- 31 Mei 2021, 09:56 WIB
Bimbingan Konseling Untirta bahas toxic relationship di webminar
Bimbingan Konseling Untirta bahas toxic relationship di webminar /Tangkap layar/Haloyouth

Baca Juga: Sinopsis Sinetron Buku Harian Seorang Istri Minggu 30 Mei 2021, Pasha Jujur! Ungkap Dirinya Adalah Adh

Ada beberapa toxic relationship yang tergolong menjadi tiga bagian.

"Dalam teori Analisis Transaksional, toxic relationship dibagi menjadi tiga, yaitu parent ego, adult ego (here and now) dan child ego (merecal kembali ingatan masa kecil). Semua orang memiliki tiga ego ini, namun mana yang dominan," katanya.

Tanda bahwa hubungan terjebak dalam toxic relationship adalah rasa aman dan tidak aman, tidak dapat menjadi diri sendiri, disalahkan atas masalah, komunikasi yang buruk dan pasangan membuat diri menjadi tidak berharga.

"Ketika seseorang memutuskan untuk meninggalkan toxic relationship, artinya memiliki harga diri yang positif. Sebaliknya, ketika bertahan dalam toxic relationship artinya memiliki harga diri negatif," tutur Aminah.

Aminah menuturkan bahwa kita harus menyadari apabila kita berada dalam hubungan toxic relationship.

"Untuk mengelola toxic relationship, kita harus menyadari berada dalam toxic relationship, berhenti untuk menormalisasi perilaku negatif, meningkatkan harga diri dengan self love, utamakan kebahagiaan diri sendiri daripada orang lain dan bercerita kepada teman, keluarga atau konselor," ujarnya.

Baca Juga: Anies Baswedan Belum Dilirik PKS untuk Pilpres 2024

Di Akhir penjelasan, Aminah berpesan bahwa semua orang berhak atas kesempatan yang kedua, namun bukan untuk kesalahan yang sama. Jadi kalau suatu hubungan mulai tidak sehat, lebih baik ditinggalkan.

Webinar SECURE Series 1 berjalan dengan lancar, dihadiri oleh 80 peserta berbagai kalangan usia dan berbagai daerah.

Halaman:

Editor: Nahrul Muhilmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x