"Harus ada evaluasi secara keseluruhan dengan kekalahan ini (final Piala Thomas 2022). Terutama dalam kaitannya dengan tim. Kalau dilihat dari peringkat, Indonesia lebih diunggulkan. Tetapi, kenapa rasanya seperti terbebani, sehingga tidak maksimal atau tidak konsisten. Harusnya bisa lebih percaya diri," kata Mulyo sebagaimana dikutip haloyouth.com dari Antara.
Mulyo menjelaskan bahwa Indonesia memang masih yang terbaik dibandingkan dengan negara lainnya soal pembinaan. Terlebih Indonesia masih memiliki banyak talenta pemain muda.
"Indonesia punya pelatnas baik dan semuanya baik. Artinya kualitas kepelatihan dan lainnya perlu dievaluasi, karena ini akan menentukan keberhasilan pemain. Talenta kita banyak. Singapura mungkin hanya satu atau dua pemain. Jadi sayang kalau bakat-bakat ini lewat," ucap Mulyo.
Mulyo pun menceritakan pengalamannya saat menangani Srikanth Kidambi tahun 2017 silam. Menurut Mulyo Kidambi merupakan pemain yang memiliki bakat, sehingga dia hanya perlu memoles dan memberikan sebuah pola pelatihan yang sesuai.
Hasilnya dalam satu tahun, Kidambi berhasil menjadi pebulutangkis nomor satu dunia pada April 2018. Kidambi bukan satu-satunya pemain yan sukses dari tangan dingin Mulyo. Jauh sebelumnya, ada Taufik Hidayat yang kala itu sukses meraih medali emas Olimpiade 2004 di Athena, Yunani.
Kemudian ada Loh Kean Yew yang juga berhasil menyabet gelar di Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2021 atas bimbingan dari Mulyo Handoyo.
"Pengalaman saat menangani pemain berbakat, satu atau dua tahun itu sudah muncul di level top dunia. Misalnya Taufik atau Srikanth (Kidambi) yang dalam satu tahun naik ke posisi teratas, meski pun ketika saya tangani dia tidak di posisi nol," ucap Mulyo.
"Saya datang ke India ketika Srikanth berada di peringkat 40-an. Tidak sampai satu tahun, dia bisa posisi satu atau dua dunia. Karena memang dia berbakat. Indonesia punya banyak atlet berbakat," tambah Mulyo.