Terutama di era sistem 15 poin ketika seorang pemain hanya bisa mendapatkan satu poin ketika dia memegang servis.
Susi Susanti mengandalkan permainan yang dalam ke lini belakang, membatasi peluang pertukaran cepat, bercampur dengan drop shot yang ketat, memaksa lawannya untuk menutupi seluruh lapangan.
Baca Juga: Detik-detik 4 Pemain Sepakbola ini Meninggal Dunia Ketika Bertanding di Lapangan
Susi Susanti sering menutupi sisi backhandnya dengan forehand di atas kepala, dengan mengandalkan kecepatan dan kelenturan melengkungkannya ke belakang.
Relatif pendek, dia sering meregangkan kakinya sangat lebar untuk mengambil bidikan rendah di sudut atau menjauh dari posisinya.
Dikembangkan dari latihan, manuver leg-stretching, hampir balletic ini menjadi pose khas yang terkadang diakhiri dengan full leg split.
Baca Juga: Pelatih Timnas Belanda Van Gaal mencari 'Pembunuh Penalti' untuk Piala Dunia Qatar 2022
Di tahun-tahun terakhir kariernya, Susanti memasukkan lebih banyak pukulan keras ke dalam repertoarnya, cukup untuk menyingkirkan lawan yang hanya mengharapkan permainan atrisi.
Dengan kemampuannya tersebut, Susi Susanti telah meraih 1 juara dunia, 5 Piala Dunia, 2 perak Asian Games, dan tiga medali emas SEA Games.
Sementara itu, di Kejuaraan IBF Grand Prix, Susi Susanti telah meraih gelar juara sebanyak 38 kali dan 11 kali runner up.