Hari pendidikan Nasional Diperingati Setiap 2 Mei, Inilah Sejarah dan Makna Dibalik Semboyan Pendidikan

- 2 Mei 2021, 09:53 WIB
SD Sorongan 02, Kampung Lewimalang, Kecamatan Cibaliung, Kabupaten Pandeglang
SD Sorongan 02, Kampung Lewimalang, Kecamatan Cibaliung, Kabupaten Pandeglang /Facebook/@krakatauradioearsajagat/

Sistem pendidikan tersebut hanya mengijinkan anak-anak keturunan Belanda atau anak-anak dari kalangan bangsawan saja yang bisa masuk dan belajar di sekolah.

Baca Juga: Peringatan Dini BMKG Minggu 2 Mei 2021: Waspada Belasan Wilayah Ini Berpotensi Diterjang Cuaca Ekstrem

Sementara anak pribumi yang kelas ekonominya rendah dianggap tidak pantas, sehingga terjadi ketimpangan yang besar.

Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda.

Ki Hajar Dewantara kemudian mendirikan National Onderwijs Institut Taman Siswa, yang kemudian dikenal dengan nama Taman Siswa, setelah kembali ke tanah air.

Lembaga inilah yang jadi cikal bakal Sekolah Rakyat yang kemudian mampu membawa pendidikan ke kaum menengah kebawah, yang tadinya tak bisa menikmati sekolah.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Taurus 1 Mei 2021: Kamu Terlalu Emosional, Lakukan ini Agar Masalahmu Bisa Teratasi?

Meski memang perjuangannya tidak hanya berhenti di sana saja, namun momen ini menjadi poin penting kemudian nama Ki Hajar Dewantara masuk dalam daftar nama Pahlawan Nasional.

Setelah kemerdekaan, Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan. Filosofinya, tut wuri handayani ("di belakang memberi dorongan"), digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia.

Ki Hajar Dewantara yang lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889 dan wafat pada tanggal 26 April 1959.

Untuk menghormati jasa-jasanya terhadap dunia pendidikan Indonesia, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Aries 1 Mei 2021: Siapkan Diri Kamu Ambil Keputusan Sulit, Apa Itu?

Meski sempat tidak disetujui oleh beberapa pihak, namun nyatanya hingga saat ini perayaan Hari Pendidikan Nasional tetap menggunakan hari lahir Ki Hajar Dewantara sebagai patokan.

Ki Hajar dewantara  membuat tiga semboyan bagi para pengajar dalam dunia pendidikan Indonesia menggunakan bahasa Jawa.

Semboyan pertama adalah ing ngarsa sung tulada, yang jika di artikan satu persatu, terdiri dari kata ing yang berarti "di", ngarsa yang berarti "depan", sung berarti "jadi", dan tulada yang merupakan "contoh" atau "panutan".

Semboyan yang pertama ini mempunyai arti "di depan menjadi contoh atau panutan". Ini artinya, seorang guru, pengajar, atau pemimpin harus bisa memberikan contoh serta panutan kepada orang lain di sekitarnya saat ia berada di depan.

Baca Juga: Jesicca Iskandar Pakai Pakaian Terlalu Seksi di Bulan Ramadhan, Netizen: Batal Puasaku

Semboyan yang kedua, Ing Madya Mangun Karsa. Ing artinya "di", madya memiliki arti "tengah", sedangkan mangun berarti "membangun" atau "memberikan", dan karsa memiliki arti "kemauan", "semangat", atau "niat".

Jika digabungkan, semboyan ing madya mangun karsa memiliki arti yaitu "di tengah memberi atau membangun semangat, niat, maupun kemauan"

Semboyan ing madya mangun karsa memiliki makna bahwa ketika guru atau pengajar berada di tengah-tengah orang lain maupun muridnya, guru harus bisa membangkitkan atau membangun niat, kemauan, dan semangat dalam diri orang lain di sekitarnya.

Baca Juga: Berjam-jam Paula Verhoeven Masak, Baim Wong Malah Muntah

Semboyan yang ketiga, Tut Wuri Handayani
Tentunya semboyan ketiga yang diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara ini sudah tidak asing lagi.

Halaman:

Editor: Muhammad Jejen

Sumber: Beragam Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x