AS Hentikan Sementara Vaksin Johnson & Johnson Setelah 6 Orang Mengalami Pembekuan Darah

14 April 2021, 12:12 WIB
Seorang wanita menerima dosis vaksin penyakit coronavirus (COVID-19) Johnson & Johnson selama kunjungan Wakil Presiden AS Kamala Harris ke pusat vaksinasi di Chinatown, di Chicago, Illinois, AS, 6 April 2021/ REUTERS / Carlos Barria /

HALOYOUTH - Amerika Serikat (AS) menghentikan semenatara penggunaan vaksin Johnson & Johnson selama beberapa hari.

Pemberhentian vaksin Johnson & Johnson tersebut direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Federal AS akibat dari adanya enam orang perempuan dengan usia dibawah 50 tahun mengalami pembekuan darah langka setelah menerima suntikan vaksin.

Johnson & Johnson juga akan menunda peluncuran vaksin ke Eropa, mereka akan meninjau terkait efek dari pemakaian vaksin mereka dengan adanya gumpalam darah langka pada empat orang penerima vaksin di AS.

Penjabat Komisioner Badan Pengawas Obat dan Makanan AS Janet Woodcock mengatakan penghentian sementara vaksin Johnson & Johnson beberapa hari kedepan itu bertujuan untuk memberikan informasi kepada penyedia layanan kesehatan tentang cara mendiagnosis dan mengobati gumpalan darah tersebut.

Regulator Eropa pada awal bulan ini menemukan kemungkinkan hubungan antara vaksin Covid-19 AstraZeneca dan masalah pembekuan dara langka serupa yang menyebabkan sejumlah kematian kecil.

Pejabat FDA Peter Marks mengatakan "sangat jelas" kasus J&J "sangat mirip" dengan kasus AstraZeneca. Dia mengatakan tidak ada kasus pembekuan darah serupa yang dilaporkan di antara penerima vaksin Moderna atau Pfizer / BioNTech, yang menggunakan teknologi berbeda dan sejauh ini merupakan sebagian besar vaksinasi AS," kata Pejabat FDA, Peter Marks sebagaimana dikutip Haloyouth.pikiran-rakyat.com dari Reuters pada Rabu, 14 April 2021.

Namun pakar imunologi menggemakan kepada pejabat AS bahwa risiko yang ditimbulkan ooleh vaksin J&J sangatlah rendah. Sehingga vaksin J&J dan vaksin murah AstraZeneca dipandang sebagai senjata vital dalam perang melawan pandemi yang telag merenggut lebih dari tiga juta jiwa.

"Bahkan jika secara kausal dikaitkan dengan vaksin: 6 kasus dengan sekitar 7 juta dosis bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan dari pada risiko pembekuan kontrasepsi oral," kata Dr. Amesh Adalja, pakar penyakit menular di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins di Baltimore.

Dia menyatakan keprihatinan bahwa jeda itu dapat meningkatkan keraguan untuk divaksinasi.

FDA mengatakan ada satu kematian yang dilaporkan akibat kondisi pembekuan darah yang langka di antara penerima vaksin J&J, sementara satu orang lagi dalam kondisi kritis.

Gedung Putih berjanji untuk menerima suntikan J&J dijadwalkan ulang di seluruh negeri ke dua vaksin resmi lainnya, dan bahwa ada cukup pasokan suntikan Pfizer dan Moderna untuk mencapai tujuan Presiden Joe Biden yaitu memberikan 200 juta suntikan selama 100 hari pertamanya. di kantor.

"Ada cukup vaksin yang pada dasarnya 100 persen tidak perlu dipertanyakan untuk setiap orang Amerika soliter," kata Biden kepada wartawan.***

Editor: Nahrul Muhilmi

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler