Kenali 7 Tanda-tanda Quarter Life Crisis Ini

- 16 Juli 2020, 21:36 WIB
 Ilustrasi.*/pexels/Nathan Cowley
Ilustrasi.*/pexels/Nathan Cowley /pexels/Nathan Cowley/


HALOYOUTH - Jika kita tidak berubah, kita tidak tumbuh. Jika kita tidak tumbuh, kita tidak hidup. Itulah kalimat legendaris yang dikatakan Gail Sheehy, seorang pengarang dan jurnalis senior asal Amerika Serikat.


Semakin tumbuh dan berkembang menjadi dewasa, kita akan berhadapan dengan situasi yang semakin rumit dan aneh. Tak jarang, situasi tersebut terasa asing dan bahkan dapat menurunkan kualitas diri.


Kuliah yang semakin sulit, pekerjaan yang menjenuhkan, jodoh yang tak kunjung datang, kesulitan secara finansial, serta masalah keluarga dan toxic friendship lazim dijumpai di masa-masa krisis ini.

Baca Juga: Kaum Milenial Mau Hemat? Stop Beli 7 Barang Ini

Pada dasarnya, quarter life crisis merupakan masa yang dapat terjadi mulai usia 20 hingga akhir dekade. Perasaan sedih, cemas, dan bingung ini bahkan dapat berlanjut hingga masa kedewasaan setelah menginjak usia 30 tahun.


Hal yang wajar, kok, jika kamu mengalami hal ini. Sebelum benar-benar menyadari apakah kamu sedang mengalami atau tidak, kenali dulu yuk, tanda-tanda quarter life crisis ini.


1. Mulai bertanya-tanya tentang seluruh kehidupan


Salah satu tanda dari QLC ialah kerap kali diri kita dipenuhi tanda tanya atas segala sesuatu. Kita sibuk mempertanyakan hidup.


Bahasa lainnya ialah overthinking. Di masa ini, berpikir sudah menjadi kebiasaan yang akhirnya berakhir kepada cemas, sedih, stress, bahkan bisa saja depresi.


Di masa ini, jangan sungkan-sungkan untuk bercerita kepada orang terdekat yang dipercaya, ya, untuk sekadar mengingatkan dan mendengarkan segala pertanyaan kamu tentang hidup ini.

2. Terlalu memiliki banyak pilihan dan tidak mampu untuk memilih


Di masa QLC, tidak jarang kita akan disodori banyak pilihan. Saking banyaknya pilihan, kita bingung harus memilih pilihan mana yang terbaik untuk kita.


Setelah lulus kuliah, apa yang akan kita lakukan, ya? Memulai bisnis, melanjutkan kuliah S2 di luar negeri, atau belajar menjadi barista, ya? Atau bisa jadi pilihan-pilihan lainnya terkait relasi, pekerjaan, hobi, dan hal-hal lain yang membuat bingung setengah mati.

Baca Juga: Dapat Gaji Bulanan Langsung Ludes? Ini Dia 5 Tips Mengelolanya

3. Merasa tahun-tahun terbaik sudah lewat


Saking galaunya, bisa jadi di masa ini kita berpikir bahwa masa-masa terbaik dalam hidup telah lewat. Kita bisa saja berpikir bahwa masa-masa terbaik yaitu SMA dan kita merasa ingin kembali ke masa itu.

Ibaratnya susah move on dan menyayangkan apa yang akan terjadi di depan mata.

4. Merasa “terjebak” di dalam pekerjaan yang dibenci


Bagi beberapa pekerja, mungkin mendapatkan pekerjaannya saat ini bagaikan sebuah “kutukan”.


Menjalani rutinitas yang berulang dan membosankan selama Senin hingga Jumat dari pukul delapan pagi hingga pukul lima sore dengan atasan yang menyebalkan sekaligus rekan kerja yang toxic. Bisa jadi itu merupakan tanda-tanda QLC.

5. Memiliki semua yang diinginkan tapi tidak merasa bahagia


Money doesn’t buy happiness. Mungkin itu istilah yang tepat untuk menggambarkan salah satu tanda QLC ini.


Uang tidaklah menjamin segala aspek kehidupan. Beberapa orang berduit merasa dirinya tidak bahagia karena tidak tahu apa yang harus diperbuat dengan uangnya.


Memiliki keluarga yang sempurna, sahabat yang baik, serta pendidikan yang bagus tidaklah menjamin kebahagiaan. Ada sesuatu yang hilang dalam dirinya, mungkin itu adalah passion dalam mengerjakan sesuatu atau merindukan saat-saat yang telah lewat.

6. Membandingkan diri sendiri dengan orang lain


Di era sekarang ini, media sosial berperan penting dalam perkembangan diri seseorang.


Kita merasa lelah melihat pencapaian teman-teman seusia kita yang jauh melampaui diri kita sendiri sehingga kita terlalu berkubang dalam rasa iri, dengki, atau insecure.

7. Merasa sendiri dan kesepian


Di masa ini, bisa jadi suatu tanda kita merasa sendiri dan kesepian. Meski di sekeliling kita terdapat keluarga, sahabat, dan kekasih, namun tetap saja masih merasa sendiri.


Kita merasa hampa, sedih, dan kelimbungan. Semakin kita menyangkal rasa sendiri dan hampa ini, maka akan terasa semakin menyedihkan.


Wajar kok, jika kita mengalami QLC. Tapi, jangan sampai apa yang terjadi ini menghancurkan seluruh kehidupan yang telah dibangun sejak kita lahir.


Jangan sampai rasa ketidakbahagiaan dan membandingkan diri sendiri dengan orang lain membuat diri kita semakin hancur dan lemah dalam menghadapi sebuah proses menuju dewasa.


Jangan ragu untuk berbagi dengan orang-orang terdekatmu, ya!***

Baca Juga: Sifat Pesimis Memberikan Dampak Buruk Bagi Kebiasaan Tidur Seseorang

Editor: Ade Rosman


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x