SINOPSIS FILM CATATAN HARIAN MENANTU SINTING: Kisah Cinta dengan Latar Keluarga Besar Batak, Seru Abis!

- 16 Juni 2024, 14:31 WIB
Poster film "Catatan Harian Menantu Sinting" yang akan tayang pada 18 Juli 2024.
Poster film "Catatan Harian Menantu Sinting" yang akan tayang pada 18 Juli 2024. /ANTARA/Soraya Intercine Films/

HALOYOUTH - Berikut sinopsis film Catatan Harian Menantu Sinting mengisahkan cinta dengan latar keluarga besar Batak.

Sebelum menonton film, alangkah baiknya kamu membaca sinopsis film Catatan Harian Menantu Siting dibawah ini.

Sinopsis Film Catatan Harian Menantu Sinting:

Ini adalah kisah cinta yang tak biasa, yang penuh dengan lika-liku dan bumbu khas budaya Batak. Aku, Minar, adalah menantu dari seorang Mamak Mertua yang punya pandangan tradisional tentang pernikahan dan keluarga.

Cerita ini tidak hanya tentang cinta antara aku dan suamiku, Sahat, tetapi juga tentang perjuangan kami dalam menghadapi harapan besar dari keluarga besar, terutama Mamak Mertua.

Sejak awal pernikahan kami, perbedaan pandangan tentang cinta dan kehidupan rumah tangga sudah terlihat jelas. Bagi aku, cinta adalah soal quality time dan komunikasi yang baik antara suami dan istri.

Baca Juga: Sinopsis Film Horor Jurnal Risa: Kisah Mengerikan Dalam Menyelamatkan Bintang Tamu yang Diikuti Hantu

Namun, Mamak Mertua punya pandangan lain. Baginya, cinta sejati dibuktikan dengan kehadiran anak laki-laki sebagai penerus marga. Setiap hari, aku harus menghadapi tuntutan untuk segera memberikan seorang cucu laki-laki.

Kami tinggal di rumah Mamak Mertua karena keterbatasan ekonomi. Di sana, kami diberikan ranjang peninggalan Opungnya Sahat yang disebut ‘Ranjang Keramat’.

Mamak Mertua percaya, tidur di ranjang itu akan segera membuat kami dikaruniai anak laki-laki, seperti yang terjadi padanya dulu. Tapi bagi aku, ranjang itu lebih seperti penjara, karena setiap malam tidur di sana, aku merasa semakin terjebak dalam harapan Mamak Mertua.

Impian terbesar aku adalah bisa hidup mandiri bersama Sahat, tanpa campur tangan Mamak Mertua. Namun, mengajak Sahat untuk keluar dari rumah ini bukan perkara mudah.

Setiap kali aku membicarakan keinginan itu, Mamak Mertua selalu menyebutkan soal cucu laki-laki. Rasanya seperti berhadapan dengan tembok tebal yang sulit ditembus.

Di tengah semua ini, ada juga Sahat yang terjebak di antara keinginan aku dan tuntutan ibunya. Sahat adalah suami yang baik, tetapi kadang-kadang dia terlalu penurut pada ibunya.

Aku tahu dia ingin membahagiakan aku, tetapi juga tidak ingin mengecewakan Mamak Mertua. Situasi ini membuat hubungan kami semakin rumit.

Baca Juga: Sinopsis Film LAFRAN: Kisah Pendiri HMI Tahun 1947 yang Ingin Mahasiswa Melek Islam Bergerak Independent

Tidak hanya itu, kehidupan di rumah Mamak Mertua selalu penuh dengan drama. Setiap hari, ada saja hal-hal kecil yang bisa memicu pertengkaran.

Mulai dari cara mengurus rumah, memasak makanan khas Batak, hingga tradisi-tradisi yang harus diikuti. Semua itu kadang membuat aku merasa seperti tidak punya ruang untuk bernapas.

Namun, di balik semua kesulitan ini, ada momen-momen manis yang membuat aku tetap bertahan. Ada saat-saat ketika Sahat menunjukkan cintanya dengan cara sederhana yang membuat hatiku meleleh.

Seperti ketika dia dengan sabar membantu aku memasak makanan kesukaan Mamak Mertua, atau saat dia membelikan aku bunga tanpa alasan khusus.

Cerita ini juga menggambarkan betapa kuatnya ikatan keluarga dalam budaya Batak. Meski kadang terasa mengekang, aku tidak bisa menyangkal bahwa dukungan keluarga besar juga memberi kekuatan.

Setiap kali ada masalah, keluarga selalu siap membantu, meskipun dengan cara mereka yang kadang membuat aku frustrasi.

Sebagai menantu, aku belajar banyak hal. Aku belajar tentang kesabaran, tentang bagaimana menghargai perbedaan, dan tentang pentingnya komunikasi dalam pernikahan.

Meskipun sering merasa lelah, aku percaya bahwa semua ini akan membuat hubungan aku dan Sahat semakin kuat.

Pada akhirnya, cerita ini adalah tentang mencari keseimbangan antara tradisi dan modernitas, antara harapan keluarga dan kebahagiaan pribadi. Ini adalah kisah tentang bagaimana cinta bisa bertahan di tengah tekanan dan harapan yang besar.

Dan tentu saja, ini adalah cerita tentang perjuangan seorang menantu yang ingin membuktikan bahwa cinta tidak hanya soal penerus marga, tetapi juga tentang kebersamaan dan pengertian.

Film ini penuh dengan tawa, tangis, dan segala emosi yang bisa dirasakan. Ini adalah cerita yang relatable bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang juga mengalami dinamika keluarga besar yang kompleks.

Dengan latar belakang budaya Batak yang kaya, film ini tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang kehidupan dan cinta.

Demikian sinopsis film Catatan Harian Menantu Sinting mengisahkan cinta dengan latar keluarga besar Batak.***

Editor: Adi Riyadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah