9 Tahun Bersama RBI Banten di Kampung Pekijing, Ini Profil Ully Sigar Rusady Seniman dan Aktivis Lingkungan

- 19 November 2023, 16:14 WIB
Ully Sigar Rusady bersama RBI Banten dan warga Kp Pekijing sedang berlatih olahraga panahan.
Ully Sigar Rusady bersama RBI Banten dan warga Kp Pekijing sedang berlatih olahraga panahan. /

Kemudian di tahun 1978 dan 1981, kakak dari Paramitha Rusady membuktikan kemampuannya dalam bermusik dengan mengikuti beberapa Festival Lagu Populer Tingkat Nasional. Lagu ciptaan Bunda Ully yang bertajuk Akhir Balada dan Harmonie Kehidupan menjadi lagu terbaik di Festival Lagu Populer Tingkat Nasional saat itu.

Ia juga mengikuti lomba karya cipta lagu ASEAN Populer Song Festival pada tahun 1982 dan 1983. Pada tahun 2005 Bunda Ully berhasil tampil di ajang World Music Oriental Festival di Sarajevo, Bosnia-Herzegovina. Kolaborasinya bersama Kelompok Nyanyian Alam membawakan lagu Musim Tanam, berhasil memenangkan dua kategori penghargaan sebagai The Best Performance dan Audience Favorites melalui voting penonton dan televisi dunia.

Musisi kelahiran Garut ini memiliki ciri khas, yaitu memakai ikat kepala ala Suku Dayak. Ikat kepala tersebut pertama kali dipakai oleh Ully saat mendampingi Dhenok Wahyudi ke Tokyo dan hal tersebut menjadi perhatian banyak orang yang membuatnya dikenal sebagai musisi yang unik. 

Bahkan ia pernah mendapatkan predikat The Best Dresser’s untuk penampilan uniknya yang selalu memakai berbagai pernak-pernik aksesoris kontemporer yang menjadi ciri khas seorang Ully Sigar Rusady hingga saat ini.

Ully Sigar Rusady merilis album pertamanya pada tahun 1978 bertajuk Rimba Gelap yang diproduksi oleh Irama Mas. Kemudian di tahun 1981, ia merilis album keduanya yang bertajuk Pelita Dalam Gulita. Ia kembali merilis album ketiganya yang bertajuk Pengakuan pada tahun 1983. Dan di tahun 1986 ia merilis album keempatnya yang bertajuk Senandung Kabut Biru.

Musisi kontemporer ini mendirikan sekolah musik dengan nama Vini Vidi Vici yang berlokasi di jalan Melawai Raya, Kebayoran Baru, Jakarta. Rumah musik tersebut pernah mengalami musibah kebakaran pada Desember 1982, namun dibangun kembali oleh Ully Sigar. Sekolah musik tersebut sudah memiliki beberapa cabang di Jakarta dan di kota-kota besar, di Indonesia.

Selama perjalanan kariernya ia bisa disebut sebagai musisi berprestasi di Indonesia. Prestasi tersebut ia raih bersamaan dengan perjuangannya dalam melestarikan lingkungan hidup melalui lagu-lagunya, seperti Piagam Penghargaan Global 500 dari organisasi dunia PBB UNEP pada tahun 1988. Setelah itu, penghargaan Kalpataru dari Asean Development Citra Awards di tahun 1999-2000.

Ully Sigar dikenal sebagai sosok aktivis lingkungan. Hal itu dibuktikan dengan Yayasan yang telah didirikannya. Yayasan tersebut mengurus perihal lingkungan hidup di Tanah Air pada tahun 1985 dengan nama Yayasan Garuda Nusantara (YGN). Melalui Yayasan ini, ia berhasil mendirikan beberapa kelompok pecinta alam dan lingkungan. Kelompok pertama yang dibentuk melalui Yayasan ini adalah Pandu Lingkungan Hidup (PLH) yang bermarkas di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.

Selain berkarier dalam dunia musik, Ully Sigar pernah memproduksi sebuah sinetron sebanyak dua belas episode dengan judul “Anak-Anak Angin” yang bercerita tentang lingkungan hidup. Paramitha Rusady ikut berperan dalam sinetron Garapan kakaknya itu.

Demikian profil biodata Ully Sigar Rusady, seniman sekaligus aktivis lingkungan yang dikabarkan akan menghadiri gelaran 9 tahun bersama RBI Banten di Kampung Pekijing Kelurahan Kalanganyar Kecamatan Taktakan Kota Serang Banten.***

Halaman:

Editor: Nurhendra Wibowo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah