Film G30S/PKI, Pembahasan Seksi dan Tak Pernah Usang Setiap Bulan September

- 29 September 2021, 07:28 WIB
Materi promosi film Pengkhianatan G30S/PKI.
Materi promosi film Pengkhianatan G30S/PKI. /Dok. PPFN/

HALOYOUTH - Setiap bulan September, bagi warga Indonesia narasi soal komunisme dan PKI menjelma jadi isu yang sangat seksi karena berada di alam ide dan bersentuhan dengan banyak kepentingan.

Pembahasan dalam bentuk diskuai, dialog, atau bahkan pernyataan mengenai komunisme dan PKI selalu menjadi obrolan menarik dari berbagai kalangan. Terbaru, adalah mengenai pernyataan Gatot Nurmantyo yang mengatakan bahwa PKI sudah menyusupi ke dalam tubuh TNI.

tudingan Gatot Nurmantyo tersebut berdasarkan kecurigaan dia karena tidak adanya patung tiga tokoh di Museum Darma Bhakti Kostrad sebagai indikasi Angkatan Darat disusupi PKI.

Baca Juga: Profil Jonathan Frizzy, Aktor Tampan yang Laporkan Balik Istri Karena KDRT

Pernyataan Gatot tersebut kemudian ditanggapi Panglima Kostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman yang mengatakan, sepatutnya Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo melakukan klarifikasi sehingga tidak menuding Angkatan Darat telah disusupi PKI.

Terlepas dari pernyataan kontroversional Gatot Nurmantyo tersebut, salah satu rekaman sejarah yang kerap dikuliti adalah film Pengkhianatan G30S/PKI (1984).

Dalam tulisannya yang dimuat di Pikiran Rakyat pada 2017 lalu, Suwandi Sumartias yang kala itu merupakan Dosen Fikom Unpad menguraikan pandangannya tentang film Pengkhianatan G30S/PKI dari sudut pandang komunikasi politik. Berikut ini pendapatnya Suwandi Sumartias kepada pembaca yang bijak lagi bestari, selamat membaca.

Baca Juga: Benarkah Pelaku Penusukan Syekh Ali Jaber adalah PKI? Awas Hoaks! Ini Faktanya

Film Pengkhianatan G30S/PKI saya tonton bukan karena ”wajib”, tetapi karena kehebohan di masyarakat sehingga membuat penasaran.

Kesimpulan film tersebut, sebagai film yang sarat dengan kepentingan penguasa di zamannya, tentu banyak kritik yang mengemuka sejak lama.

Bulan September pada era pascareformasi jadi teramat penting dengan munculnya pro-kontra keberadaan film Pengkhianatan G30S/PKI yang sejak 1998 ”tidak wajib tonton”. Kata ”wajib” ini yang menjadi kunci bahwa film ini sarat berbagai kepentingan politik penguasa.

Film sebagai karya seni, menampilkan genre yang sangat beragam. Setiap genre memiliki makna atau cerita khas yang ingin disampaikan ke penonton atau khalayak.

Baca Juga: Bambu Hitam Bisa Menghasilkan Cuan, Begini Penjelasannya

Film Pengkhianatan G30S/PKI, sebagai film semidokumenter dan fiksi, serta kental dengan muatan propaganda politik penguasa, ”kurang berkesan dan atau menarik ” sebagai karya seni.

Alasan lainnya, kenapa film ini tidak lagi ”wajib tonton” antara lain karena jatuhnya rezim Orde Baru tahun 1998.

Keberatan lainnya, datang dari keberatan sejumlah tohok seperti Saleh Basarah, Yunus Yosfiah, dan Juwono Sudarsono karena film itu mengulang-ulang keterlibatan perwira AURI pada peristiwa 30 September 1965.

Halaman:

Editor: Nahrul Muhilmi

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah