HALOYOUTH - Ziarah kubur memang menjadi salah satu tradisi yang dilakukan oleh sebagain umat muslim, khususnya di Indonesia. Hal ini dilakukan pada hakikatnya untuk mendoakan orang yang telah meninggal dan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur atau orang yang lebih dulu meninggalkan kita.
Di Indonesia, ziarah kubur boleh dilakukan kapan saja, namun biasanya sering dilakukan ketika menjelang Ramadhan atau pada saat hari lebaran (Hari Raya).
Lalu, dalam benak kita mungkin pernah timbul pertanyaan, apakah orang yang kita ziarahi atau ahli kubur tersebut bisa mendengar kita? Begini penjelasan Buya Yahya pada unggahan video dari kanal YouTube Zhafran Alfarizqi.
Dalam video tersebut, Buya Yahya menjelaskan beberapa ulama telah sepakat bahwa orang yang telah meninggal dapat mendengar orang yang masih hidup meskipun ada juga sebagian ulama yang berpendapat sebaliknya.
Baca Juga: 6 Jawaban Mengejutkan Imam Ghazali Nasihat untuk Para Muridnya
"Bismilah. Masalah orang meninggal mendengar orang yang hidup ini hampir disepakati. Memang ada perbedaan, sebagian mengatakan tidak mendengar. Tapi Nabi pernah menyeru waktu selesai perang badar, dipanggil ya Aba Jahal, ya Aba Syaibah binti Khotbah dan seterusnya. Orang-orang dipanggil sama Rasulullah. Sampai Sayyidina Umar berkata, ya Rasulullah mereka tidak mendengar, mereka sudah mati masa menjawab. Sampai Rasulullah menjawab, engkau tidak lebih mendengar dari mereka. Artinya, mereka mendengar," kata Buya Yahya seperti pada video yang diunggah kanal YouTube Zhafran Alfarizqi dua tahun lalu.
Kemudian Buya Yahya juga mengatakan, pada saat ziarah kita dianjurkan mengucapkan Assalamu'alaikum, hal ini menunjukkan bahwa orang yang telah meninggal bisa mendengar salam kita.
"Kemudian juga, kita disunahkan kalau ziarah kubur mengucapkan apa, assalamu'alaikum. Berarti ini mengisyaratkan bahwasanya mereka mendengar. Mereka mendengar salam kita. Assalamu'alaikum ahladdiyar minal mu'minin wal mu'minat wal muslimin wal muslimat wainna insya allahu bikum lahikun nas'alullaha walakumul 'aafiata, hadits shahih," lanjut Buya Yahya.