Penjual Jamu Gendong Meningkat di Tengah Pandemi Covid-19

28 Juli 2020, 09:17 WIB
Mbak Ayu sedang menuangkan jamunya kepada pembeli di Magung Lebak, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung pada Selasa, 28 Juli 2020. (Foto: Marina Yuliani/Haloyouth) /Marina Yuliani/

HALOYOUTH - Ketika para penjual banyak yang mengeluh karena penghasilan menurun, beda halnya dengan tukang jamu gendong yang melesat naik. Penjual jamu gendong di kawasan Magung Lebak, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung mengaku mengalami kenaikan saat pandemi ini.

“Alhamdulillah saat corona ini penghasilan meningkat karena banyak yang membeli jamu,” ujar mbak Ayu, salah seorang penjual jamu gendong di kawasan Magung Lebak, Ciparay, Kabupaten Bandung.

Ayu yang biasanya berangkat pukul 06.00 WIB pagi, sudah bisa menghabiskan jamunya pada siang hari. Tak berhenti sampai siang, setiap sore ia menjual kembali dagangannya tersebut. 

Baca Juga: Kalimat yang Tepat untuk Mengatakan “Tidak”

Jamu yang dijual Ayu diantaranya beras kencur, kunyit sirih, anggur, temulawak, jahe dan manisan. Selain itu beliau juga menjual jamu kemasan herbal seperti untuk mengatasi pegal linu, kolesterol, rematik, melancarkan haid, penguat untuk pria, mengatasi sembelit dan masih banyak lagi.

Ramuan meracik yang turun temurun menjadi ciri khas dari daganyanya dan sudah menjadi tradisi para penjual jamu gendong.

“Udah dari sesepuh saya dari Jawa diturunkan rempah-rempahnya. Anak saya juga sekarang bisa membuat jamu,” jelasnya.

Baca Juga: Inspiratif! Kisah-Kisah Kegagalan Orang Sukses

Menurutnya, orang Jawa itu percaya bahwa setiap penyakit ada obatya dan jamu bisa menjadi salah satu obat tradisional atau herbal.

Sebelum pandemi Covid-19, Ayu menjual jamu gendong ke rumah yang masuk gang-gang kecil. Namun pada saat pandemi sekarang ini, ia langsung mendagangkan jamunya di samping SPBU. Hal itu ia lakukan dengan alasan banyak orang yang berlalu-lalang di pinggir jalan.

“Kalau ke rumah-rumah itu sekarang sudah jarang. Kan kalau di sini banyak orang. Paling kalau tidak habis ke pasar kelilingnya,” ucap Ayu.

Baca Juga: Jangan Biarkan Feeds Instagram Anda Berantakan

Meski begitu, ia juga kesulitan meski pembelinya meningkat namun bahan pokok untuk jamu juga mengalami peningkatan.

“Sekarang banyak yang mau jahe merah yang manis, beras kencur. Mungkin karena banyak yang beli jadi naik ya. Tapi harga saya tetap saja tiga ribu kalau yang bungkusan lengkap itu tujuh ribu sampai sepuluh ribu,” jelasnya.

Walau begitu Ayu tetap konsisten tidak menaikkan harga jamunya karena menurutnya lebih baik keuntungan sedikit namun memiliki banyak pelanggan ketimbang pelanggannya merunun karena harganya yang mahal.***

Baca Juga: Memahami Konsep Kesehatan Menurut Rasulullah

Editor: Fauzian Ahmad

Tags

Terkini

Terpopuler