HALOYOUTH- Presiden Mahasiswa (Presma) UIN Syarief Hidayatullah Periode 2019-2020 Sultan Rivandi menguliti Ade Armando yang dinilai pasang badan untuk rezim Jokowi hingga menyebut BEM UI dengan sebutan 'bodoh' saat mengkritik Jokowi "The King of Lipe Service".
Eks Presma UIN itu lantas heran banyak pihak yang mempertentangkan julukan tersebut, padahal Jokowi sendiri tidak mempersoalkan kritikan "King of lip Service".
Hal itu disampaikan Sultan dalam acara CATATAN Demokrasi TvOne pada Selasa (29/6) malam.
"Jadi, posisi strategis mahasiswa dalam berpesta demorkasi dan posisi strategis presiden pun sudah dikatakan itu kritik biasa," kata Sultan.
Baca Juga: BEM UI Sebut Jokowi The King of Lip Service, Jubir PRIMA: Bentuk Kemerdekaan Berpendapat!
Sultan juga memandang posisi Dosen Komunikasi UI, Ade Aemando terlalu berlebihan dalam mengkritik BEM UI bahkan tendensi menyerang pribadi presma UI dan organisasi HMI.
Hal itu, kata Sultan tidak substantif karena diluar konteks kritikan BEM UI soal Jokowi The King of Lip Service.
"Kritik respon bung Ade Armando, BEM UI dibilang Pandir, mempersolakan HMI, anak ekonomi kan itu tidak subtantif," tegasnya.
Baca Juga: Presiden Jokowi Jawab Kritikan BEM UI, Politisi Demokrat: Penjelasanya Masih Membahayakan Demokrasi
Lantas Sultan mengukip kalimat saat di pondok untuk menjawab Ade Adrmano dengan Tarkul Jawabi Alal Jahili Jawabun. Artinya "jawab yang pantas untuk orang bodoh adalah diam".
"Saya tidak mengatakan bung Ade Armando adalah dungu. Tapi respon-respon yang tidak substantif itulah jangan sampai membuayarkan persoalan," ungkapnya.
Kata Sultan, mahasiswa menterjemahkan demokrasi ini tidak hanya sebatas tentang prosedural karena ada control desicion making,
"Jadi, kita mengambil pos itu dengan berpesta, tapi pesta demokrasi kita itu tidak bisa ditafsirkan pada 5 tahun sekali. Artinya, ada partisipasi didana, dan partisipasi ini tidak hanya sebatas pada mereka yang pro" terang Sultan.
"Kita yang peduli memberikan kritik, memberikan masukan, bahkan sekaligus membuat ungkapan-ungkapan seperti lip service," imbuhnya.
Sultan mengungkapkan,diera digital ini posisi strategis mahasiswa untuk mengkritik rezim melalui saluran media sosial.
Paling tidak, bagi Sultan, dengan kritikan itu maka akan mengatensi rezim agar merealisasikan sekuruh janji kepada rakyat.
"Ini memang strategi mahasiswa untuk mengambil alih perhatian presiden, dan berhasil. Kan presiden sudah merespon, ini kan suatu keberhasilan satu postingan mengatensi presiden. Nah jadi disitu posisinya," pungkasnya.***