Ia menilai satu dari lima di antaranya tetap tidak bekerja atau belajar.
“Angka yang menjadi pertanda buruk bagi tujuan Indonesia untuk menjadi ekonomi berpenghasilan tinggi pada tahun 2045,” ucapnya.
Baca Juga: Jadi Presidensi G20 dan Tuan Rumah di Bali, Indonesia Genggam Kepercayaan Dunia
Dirinya menyoroti Pemerintah Indonesia yang memilih Maudy Ayunda sebagai Juru Bicara Pemerintah untuk Presidensi G20 Indonesia, padahal tidak memiliki pengalaman diplomatik atau ekonomi. Maudy Ayunda dianggap tak layak untuk berbicara terkait isu-isu sensitive di dunia dalam ajang tersebut.
Sementara itu, Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga (Unair), Irfan Wahyudi menilai bahwa penunjukan Maudy Ayunda masuk akal karena latar belakang pendidikannya di luar negeri dan dorongan pemerintah untuk menciptakan panutan bagi anak muda.
Sayangnya kata dia, Maudy Ayunda kurang cocok untuk menjadi perwakilan G20 di mana diharuskan berbicara tentang isu-isu global.
“Dalam hal ini, pemanfaatan anak muda akan dilihat sebagai gimmick, bukan sebagai fungsi strategis,” pungkasnya.***