Cara Sederhana Merajut Persaudaraan Kebangsaan Menurut Gus Baha

13 Desember 2021, 19:35 WIB
Cara Sederhana Merajut Persaudaraan Kebangsaan Menurut Gus Bahaudin Nursalim /Facebook.com/Ngaji Bareng Gus Baha

HALOYOUTH- Merajut persaudaraan antar sesama anak bangsa merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Pasalnya, Indonesia merupakan negara yang memiliki ragam kultur, budaya, bahasa, agama, dan hal-hal krusial lainnya.

Merajut persaudaraan dalam keberagaman sayangnya cukup sulit dilakukan tanpa adanya kesadaran dari dalam diri setiap orang.

Menurut K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal sebagai Gus Baha, pada dasarnya setiap manusia menyukai kedamaian.

"Fitrah manusia itu senang damai senang bersaudara karena fitrah itu dasar, desain manusia sukanya itu (damai)," kata Gus Baha seperti dikutip Haloyouth.com dari akun YouTube Ngaji Ben Aji Official.

Baca Juga: BAHAYA! Sumber Pahala Bisa Terhambat Gara-Gara Ini Menurut dr. Zaidul Akbar

Jadi lanjut Gus Baha, untuk berkonflik itu butuh pemicu, akan tetapi untuk damai tidak butuh pemicu. Sehingga, orang di mana-mana bisa rileks karena hatinya damai.

"Orang bisa rileks di terminal, di jalan di warung-warung kopi atau di kedai-kedai," ujarnya.

Setiap konflik pasti memiliki pemicu yang kuat. Tidak mungkin ada asap tanpa ada api, begitu pula tidak mungkin ada konflik tanpa ada pemicunya.

"Konflik dimulai dari sebuah pemicu. Entah dari rebutan pacar, rebutan harta, rebutan jabatan, sehingga karena itu melahirkan konflik," lanjutnya.

Baca Juga: Jangan Dikonsumsi, Jenis Kelapa Ini Bisa Bikin Tubuh Tidak Sehat Menurut dr. Zaidul Akbar

Sehingga menurut Gus Baha, sedini mungkin orang harus paham dan ditanamkan ke dalam dirinya bahwa kepentingan berbangsa di atas segala bentuk kepentingan.

"Entah kepentingan nafsu atau keserakahan kita, sehingga kita mudah merajut damai. Itu rumusnya kyai-kyai, dan tentu kita pakai solusi ala kyai," jelasnya.

Orang tasawuf itu jelas Gus Baha, kalau makan satu piring ternyata kenyang, minum satu gelas ya sudah, puas.

Lalu orang tersebut mengatakan, buat apa dirinya terlalu banyak makan jika hanya makan satu piring saja sudah cukup. Tidur juga secukupnya, dengan hanya menggunakan satu kamar saja.

Baca Juga: Tinggalkan atau Halalkan? Ustadz Syafiq Riza Basalamah Beberkan Hukum Pacaran dalam Islam

"Artinya kalau Anda punya kamar seratus, ya tidur cukup satu kamar saja, jangan tidur di semua kasur pindah setiap lima menit," katanya.

Hal itu menurut Gus Baha, menandakan keserakahan dan ingin menang sendiri.

Awal mula dari segala perpecahan dan segala konflik itu kata Gus Baha adalah sikap mau menang sendiri.

Merajut kebangsaan harus dipikirkan secara luas. Tidak bisa dengan cara yang sempit, apalagi dengan saling tuduh satu sama lain.

Gus Baha mencontohkan, ada orang yang tidak mau pulang ke Indonesia maunya tinggal di Amerika atau di Belanda. Hal itu bukan berarti orang tersebut tidak cinta NKRI.

Baca Juga: Catat! Inilah Waktu Sholat Dhuha yang Paling Baik Menurut dr. Zaidul Akbar

Tetapi ternyata tujuannya mulia, ketika ada mahasiswa yang belajar ke sana, kemudian diberikan arah dan bimbingan oleh orang Indonesia yang ada di sana.

"Sehingga orang-orang Indo bisa menimba ilmu di berbagai negara. Jadi, merajut persaudaraan kebangsaan itu mudah, sangat mudah," ujarnya.***

Editor: Muhammad Jejen

Sumber: YouTube Ngaji Ben Aji Official

Tags

Terkini

Terpopuler