Mengenal Sosok Sultan Abdul Mufakir dan Sultan Ageng Tirtayasa yang Disebut Lord Rangga Merdekakan Amerika

- 20 Mei 2021, 15:50 WIB
sosok Sultan Abdul Mufakir dan Sultan Ageng Tirtayasa? Berikut Profil lengkapnya
sosok Sultan Abdul Mufakir dan Sultan Ageng Tirtayasa? Berikut Profil lengkapnya /Wikitree/

 

HALOYOUTH- Baru baru ini publik digemparkan dengan pernyataan Lord Rangga yang mengatakan bahwa Amerika dimerdekakan oleh Banten melalui Sultan Abdul Mufakir dan Sultan Ageng Tirtayasa.

Lalu siapakah sosok Sultan Abdul Mufakir dan Sultan Ageng Tirtayasa? Berikut Profil lengkapnya

Sultan Abdulmafakhir Mahmud Abdulkadir atau dikenal dengan Pangeran Ratu atau Sultan Agung adalah raja ke-4 Kesultanan Banten yang bertakhta dari tahun 1596 hingga 1651.

Dia merupakan putra Sultan Maulana Muhammad yang menjadi raja pertama di Pulau Jawa yang menggunakan gelar "Sultan".

Baca Juga: Petinggi Sunda Empire Lord Rangga Sebut Amerika Dimerdekakan Banten

Pada tahun 1636 Syarif Mekah dengan otorisasi Kesultanan Utsmaniyah memberikan pengesahan gelar Sultan kepada Abdulmafakhir beserta sang putra mahkota, Abu al-Ma'ali Ahmad, yang menjadikannya sebagai Raja Islam di Nusantara yang pertama kali resmi menggunakan gelar Sultan.

Sultan Maulana Muhammad wafat pada tahun 1596 di Palembang.

Kemudian pada tanggal 23 Juni 1596, putranya yang baru berusia lima bulan diangkat menjadi raja Banten ke-4, sehingga untuk menjalankan roda pemerintahan ditunjuklah Mangkubumi Jayanegara sebagai walinya.

Pada tahun 1602, Mangkubumi Jayanegara meninggal, jabatannya digantikan oleh adiknya.

Baca Juga: Bebas dari Penjara Rangga Sasana Curhat, Ungkap Begini Kondisi Anaknya

Namun 17 November 1602 ia dipecat karena berkelakuan tidak baik.

Khawatir akan terjadi perpecahan dan iri hati, maka pemerintahan diputuskan untuk tidak dipegang oleh Mangkubumi, tetapi langsung oleh Ibunda Sultan, Nyimas Ratu Ayu Wanagiri.

Pada 8 Maret 1608 sampai 26 Maret 1609 terjadi perang saudara di antara keluarga kerajaan.

Melalui usaha Pangeran Jayakarta akhirnya perang dapat dihentikan dan perjanjian damai dapat disepakati bersama.

Baca Juga: Tanggal 20 Mei Diperingati Sebagai Hari Kebangkitan Nasional, Beginilah Sejarahnya

Banten kembali aman, kemudian diangkatlah Pangeran Arya Ranamanggala sebagai Mangkubumi baru sekaligus menjadi wali Sultan Muda.

Untuk menertibkan keamanan Negara, Ranamangga menghukum Pangeran atau Penggawa yang melakukan penyelewengan.

Januari 1624, Mangkubumi Pangeran Arya Ranamanggala mundur dari jabatannya karena sakit.

Saat itu Abdulmafakhir sudah cukup dewasa, sehingga kekuasaan atas Kesultanan Banten sepenuhnya dipegang oleh Sultan Abdulmafakhir.

Baca Juga: 5 Ucapan Hari Kebangkitan Nasional 2021 Cocok Digunakan di Media sosial, Yuk Bagikan di WA, FB, Hingga Twitter

Dua tahun kemudian tepatnya 13 Mei 1626 Pangeran Arya Ranamanggala meninggal dunia.

Keinginan VOC untuk melakukan monopoli perdagangan lada di Banten merupakan sumber konflik antara Banten dan VOC, karena sultan Abdulmufakhir menolak mentah-mentah kemauan VOC tersebut yang hendak memaksakan monopoli perdagangan.

Dengan semakin kuatnya kedudukan VOC di Batavia sejak 1619, konflik antara kedua belah pihak kian memuncak.

VOC menerapkan blokade terhadap pelabuhan niaga Banten dengan melarang dan mencegat jung-jung dari Cina dan perahu-perahu dari Maluku yang akan berdagang ke pelabuhan Banten.

Blokade ini mengakibatkan pelabuhan Banten menjadi tidak berkembang sehingga mendorong orang-orang Banten untuk memprovokasi VOC.

Baca Juga: Ucapkan Selamat Hari Kebangkitan Nasional 2021, Gubernur WH: Jaya Terus Indonesia, Banten Maju dan Berkah

Tindakan ini dibalas oleh VOC dengan melakukan ekspedisi ke Tanam, Anyer, dan Lampung. Bahkan Kota Banten sendiri berkali-kali diblokade.

Situasi ini mendorong terjadinya perang antara Banten dan VOC pada bulan November 1633.

Enam tahun kemudian, kedua belah pihak menandatangani perjanjian perdamaian meskipun selama dua dasawarsa berikutnya hubungan mereka tetap tegang.

Sultan Abdulmafakhir wafat pada tanggal 10 Maret 1651 dan dimakamkan di Pemakaman Kenari Banten.

Sementara itu Sultan Ageng Tirtayasa atau Pangeran Surya lahir di Kesultanan Banten pada tahun 1631 adalah sultan Banten ke-6.

Baca Juga: Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah Pilih Rehat Dari Dunia Hiburan Usai Alami Keguguran

Sultan Ageng Tirtayasa adalah putra dari Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad (Sultan Banten periode 1640–1650) dan Ratu Martakusuma.

Ia naik takhta pada usia 20 tahun menggantikan kakeknya, Sultan Abdul Mafakhir yang wafat pada tanggal 10 Maret 1651, dengan gelar Sulthan Abdul Fattah Al-Mafaqih.

Setelah sebelumnya ia diangkat menjadi Sultan Muda dengan gelar Pangeran Adipati atau Pangeran Dipati, menggantikan ayahnya yang wafat lebih dulu pada tahun 1650.

Nama Sultan Ageng Tirtayasa sendiri bermula ketika ia mendirikan keraton baru di dusun Tirtayasa (terletak di Kabupaten Serang).

Baca Juga: Hamas Surati Presiden Jokowi, Ini Permintaannya Kepada Indonesia

Sultan Ageng Tirtayasa adalah sosok yang membenci VOC dan selalu memberikan perlawanan kepada Voc sehingga Pada tahun 1683, Sultan Ageng tertangkap dan dipenjarakan di Batavia.

Ia meninggal dunia dalam penjara dan dimakamkan di Komplek Pemakaman Raja-raja Banten, di sebelah utara Masjid Agung Banten, Banten Lama.

Atas jasa-jasanya pada negara, Sultan Ageng Tirtayasa diberi gelar pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No. 045/TK/Tahun 1970, tanggal 1 Agustus 1970.***

Editor: Muhammad Jejen

Sumber: Beragam Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x