Haru!, Kisah Cinta Raden Banyak Kapuk, yang Nyaris Mati di Tangan Anaknya Sendiri. - Serial Tutur Tinular

- 10 April 2021, 14:21 WIB
Screenshot Cover Youtube Legenda Tutur Tinular
Screenshot Cover Youtube Legenda Tutur Tinular /Aksara Hati/

Pertarungan itu berakhir dengan kekalahan Kamandanu yang dadanya beberapa kali kena pukulan tongkat hingga ia harus dilarikan ke tempat pengobatan. Luka pukulan tersebut ternyata di vonis oleh banyak tabib tidak dapat disembuhkan tak terkecuali dengan Kembang Tunjung Biru yang dimiliki oleh Dewi Tunjung Biru di sebuah puncak Gunung.

Kamandanu segera dibawa kesana oleh Sakawuni untuk mendapat pengobatan yang cepat. Sesampainya disana, padepokan yang diisi oleh semua wanita itu tidak serta merta menerima tamu, apalagi seorang laki-laki. Luka lama memang telah menjadi masa lalu, tapi kebencian, akan terpelihara sedemikian kuatnya. Begitu alasan Dewi Tunjung Dewi yang tidak ingin menerima tamu seorang laki-laki yang datang hanya akan merenggut keindahn sesaat.

Karena Sakawuni pendekar dan pengelana sejati, tentu dia memaksa masuk dan mengalahkan semua penghalang-penghalanya. Kejadian itu cukup mengusik persemedian Nyai Dewi sehingga memaksanya untuk keluar dan menghadapi gadis pengacau yang belakangan diketahui ternyata anak kandungnya sendiri yang ia tinggalkan sejak kecil.

Sejak mengetahui bahwa Sakawuni serang berhadap-hadapan dengan ibu kandungnya sendiri, ia segera bersujud dan memohon agar sudi membantunya menyembuhkan Arya Kamandanu yang serang koma.

Barulah Kamandanu diterima sebagai pasien yang pengobatan mulai dilakukan. Sambil menunggu Kamandanu siuman, sepanjang hari Sakawuni bersama ibunya bercerita terntang berbagai hal yang terjadi di masa lalu, termasuk tindakan keji yang dilakukan olehnya dan Raden Banyak Kapuk. Hingga Sakawuni berbalik marah dan ingin membalaskan dendam ibunya kepada Banyak Kapuk.

Sesaat setelah kesembuhan Kamandanu, sakawuni buru-buru pergi ke Kutaraja untuk menemui laki-laki yang tidak bertanggung jawab atas perlakuan terhadap ibunya itu. Saat bertemu, Sakawuni beru-buru mengolah kanuragan untuk menghadapi ayah kandungnya itu, sampai-sampai Raden Banyak Kapuk kewalahan dan nyaris mati kena pukulan tangan seribu Sakawuni.

Untuk kedua kalinya jurus itu akan dipukulkan ke Banyak Kapuk, buru-buru Raden Wijaya (Pendiri Majapahit) datang dan menepis jurusnya Sakawuni hingga ia terpental. Sejak keluarnya jurus itu Banyak Kapuk menyadari bahwa ia sedang berhadapan dengan anaknya sendiri.

Kesalahan, seberapapun besarnya selalu akan membuka pintu maaf walaupun entah kapan. Dan Sakawuni tentu saja memaafkan Ayahandanya yang sudah berlumuran darah itu. Sehingga ia perlu membawanya ke padepokan ibunya untuk mendapat pertolongan medis. Disisa nafas terakhirnya, Banyak Kapuk ingin sekali meminta maaf sedalam-dalamnya kepada gadis Desa yang tempo hari pernah menjadi pujaan hatinya itu.

Sesaat setelah sampai disana, sambil menangis Dewi Tunjung Biru enggan menerima lelaki yang sekarep wudel pernah meninggalkannya itu setelah merenggut kehormatannya. Luka-luka lamanya memuncak kembali bak gunung yang bahkan menenggelamkan rasa cintanya yang sempat menusuk ulu hati itu.

Sambil meronta-ronta Banyak Kapuk memohon, Dewi Tunjung Biru terus menerus menolak dan menutup rapat pintu maafnya. Sampai nafas terakhirnya datang dimana Banyak Kapuk hanya mampu bicara terbata-bata ia berujar

Halaman:

Editor: Rifqiyudin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x