Lantas Sultan mengukip kalimat saat di pondok untuk menjawab Ade Adrmano dengan Tarkul Jawabi Alal Jahili Jawabun. Artinya "jawab yang pantas untuk orang bodoh adalah diam".
"Saya tidak mengatakan bung Ade Armando adalah dungu. Tapi respon-respon yang tidak substantif itulah jangan sampai membuayarkan persoalan," ungkapnya.
Kata Sultan, mahasiswa menterjemahkan demokrasi ini tidak hanya sebatas tentang prosedural karena ada control desicion making,
"Jadi, kita mengambil pos itu dengan berpesta, tapi pesta demokrasi kita itu tidak bisa ditafsirkan pada 5 tahun sekali. Artinya, ada partisipasi didana, dan partisipasi ini tidak hanya sebatas pada mereka yang pro" terang Sultan.
"Kita yang peduli memberikan kritik, memberikan masukan, bahkan sekaligus membuat ungkapan-ungkapan seperti lip service," imbuhnya.
Sultan mengungkapkan,diera digital ini posisi strategis mahasiswa untuk mengkritik rezim melalui saluran media sosial.
Paling tidak, bagi Sultan, dengan kritikan itu maka akan mengatensi rezim agar merealisasikan sekuruh janji kepada rakyat.
"Ini memang strategi mahasiswa untuk mengambil alih perhatian presiden, dan berhasil. Kan presiden sudah merespon, ini kan suatu keberhasilan satu postingan mengatensi presiden. Nah jadi disitu posisinya," pungkasnya.***