Menyentuh! Film Abe (2020): Kisah Anak Berdarah Israel dan Palestina Ingin Mendamaikan Konflik dengan Kuliner

29 Juni 2024, 19:23 WIB
Ilustrasi Palestina yang dijajah Israel. /Pixabay/hosny salah

HALOYOUTH - Film Abe (2020) mengisahkan perjalanan seorang anak berusia 12 tahun bernama Abraham, atau yang lebih akrab disapa Abe, diperankan oleh Noah Schnapp. Abe adalah anak yang lahir dari orang tua dengan latar belakang yang kompleks; ayahnya berdarah Yahudi Israel, sementara ibunya berasal dari keluarga Muslim Palestina. Kehidupan Abe menjadi cerminan dari konflik yang berkepanjangan antara dua budaya dan agama yang sering kali bertentangan.

Abe tidak seperti kebanyakan anak seusianya yang lebih tertarik pada permainan video, mobil, atau mode. Ia memiliki minat yang mendalam pada dunia kuliner. Makanan bagi Abe bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga sebagai medium ekspresi dan koneksi emosional. Hobinya ini menjadi pelarian dari kenyataan pahit perselisihan keluarganya yang kerap kali berujung pada perdebatan sengit tentang identitas, agama, dan politik.

Krisis identitas yang dialami Abe tidak dapat dipisahkan dari dinamika keluarga yang penuh tekanan. Ayahnya dan keluarga besar dari pihak Israel menginginkan Abe mengikuti tradisi Yahudi, sementara keluarga dari pihak ibu berharap Abe tumbuh dengan nilai-nilai Islam. Situasi ini menciptakan jurang yang lebar dalam keluarga, di mana setiap pertemuan keluarga sering diwarnai dengan diskusi panas tentang sejarah, tanah air, dan keyakinan yang seolah tidak menemukan titik temu.

Baca Juga: Bikin Sedih, Film Weaponising Water in Palestine: Kisah Warga Palestina Paling Kekurangan Air di Dunia

Di tengah situasi yang kompleks tersebut, Abe menemukan kenyamanan dan kedamaian di dapur. Ia melihat makanan sebagai alat pemersatu, sesuatu yang dapat melampaui batas-batas budaya dan keyakinan. Abe memutuskan untuk belajar memasak dari seorang koki bernama Chico, yang memiliki restoran Brasil. Restoran ini menjadi tempat Abe mengasah keterampilannya dan memahami lebih dalam tentang seni memasak. Chico, dengan pengalamannya yang kaya, mengajarkan Abe lebih dari sekadar teknik kuliner; ia mengajarkan nilai-nilai kebersamaan dan penghargaan terhadap keberagaman.

Keputusan Abe untuk menyatukan keluarganya melalui makanan adalah bentuk perlawanan terhadap polarisasi yang terjadi di sekelilingnya. Ia percaya bahwa makanan memiliki kekuatan magis untuk menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang. Dalam beberapa adegan film, Abe terlihat bereksperimen dengan berbagai resep yang menggabungkan elemen dari kedua budaya orang tuanya. Ia memasak hidangan yang menggabungkan cita rasa Timur Tengah dengan sentuhan masakan Yahudi, berharap dapat menciptakan harmoni di meja makan keluarga.

Film ini tidak hanya menyoroti konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung lama, tetapi juga menggambarkan bagaimana individu yang terjebak dalam konflik tersebut berusaha mencari solusi yang damai. Abe, melalui kecintaannya pada kuliner, berusaha menunjukkan bahwa di balik perbedaan yang ada, manusia memiliki kesamaan yang dapat dijembatani dengan cara-cara yang kreatif dan damai.

Dalam konteks yang lebih luas, Abe juga menggambarkan bagaimana generasi muda memiliki peran penting dalam menciptakan perubahan sosial. Abe menjadi simbol harapan bahwa perbedaan dapat dirangkul dan dihormati, bukan dijadikan alasan untuk saling menjatuhkan. Usahanya dalam mempertemukan keluarganya melalui makanan menjadi inspirasi bagi penonton untuk melihat potensi besar dalam setiap individu untuk menciptakan kedamaian di tengah konflik yang ada.

Baca Juga: Kisah Perang Arab-Israel Tahun 1967: Yuk Baca Sinopsis Film Gaza, Sinai and the Wall Berikut Ini

Keseluruhan film ini disajikan dengan gaya yang menyentuh, mengajak penonton untuk melihat konflik dari perspektif seorang anak yang masih polos, namun memiliki tekad yang kuat untuk memperbaiki dunia di sekitarnya. Melalui perjalanan Abe, penonton diajak untuk merenungkan pentingnya toleransi, pemahaman, dan kasih sayang dalam menghadapi perbedaan. Kuliner menjadi bahasa universal yang Abe gunakan untuk mengatasi perbedaan, menunjukkan bahwa cinta dan kedamaian dapat dihidangkan di atas meja makan.

Pada akhirnya, Abe adalah film yang mengajak kita untuk melihat ke dalam diri sendiri dan mengevaluasi bagaimana kita berperan dalam membangun dunia yang lebih damai dan harmonis. Ini bukan hanya tentang makanan atau kuliner, tetapi tentang bagaimana kita sebagai manusia dapat belajar untuk saling menghormati dan menghargai perbedaan yang ada, menjadikannya sebagai kekuatan yang menyatukan, bukan memecah belah. Abe, dengan segala keterbatasan dan usahanya, mengajarkan kita bahwa kedamaian dapat dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana, seperti sepiring makanan yang disajikan dengan kasih sayang.***

Editor: Adi Riyadi

Tags

Terkini

Terpopuler