HALOYOUTH – Pada zaman Rasulullah kemampuan membaca dan menulis masih sangatlah minim, bahkan dari kalangan sahabat pun dikabarkan tidak banyak yang memiliki kepandaian dalam menulis.
Tidak hanya itu, sebelum diturunkannya Al-Qur’an Nabi Muhammad sendiri dikenal sebagai orang yang tidak pandai membaca dan menulis. Hal ini diceritakan dalam surah Al-Ankabut ayat 48 sebagai berikut.
“Dan engkau (Muhammad) tidak pernah membaca sesuatu kitab sebelum (Al-Qur’an) dan engkau tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; sekiranya (engkau pernah membaca dan menulis), niscaya ragu orang-orang yang mengingkarinya” (QS. Al-Ankabut:48).
Oleh sebab itu dalam buku Sejarah Al-Qur’an karya Ustadz Ahmad Sarwat, diceritakan Rasulullah SAW meminta bantuan kepada para sahabat untuk menuliskan wahyu yang diterimanya dari Malaikat Jibril.
Selain menuliskan wahyu, para sahabat pun turut serta dalam pembahasan wahyu bersama Rasulullah SAW Dalam kitab Rasmul Mushaf Lughawiyah Tarikhiyah yang ditulis Ghanim Al-Quduri. Diketahui dari kalangan sahabat yang bertugas menulis wahyu ada sekitar 43 orang.
Setelah Rasulullah SAW wafat, kepemimpinan diamanahkan kepada Abu Bakar, pada masa itu terjadi peristiwa perang Yamamah yang mengakibatkan banyak penghafal Al-Qur’an meninggal.
Atas peristiwa tersebut kemudian Umar bin Khattab memberikan usulan kepada Abu Bakar untuk menyatukan Al-Qur’an karena takut ayat Al-Qur’an menghilang.