Alasan Penanganan Gangguan Jiwa Sering Bermasalah, Ini Kata Psikiater Jiemi Ardian

- 17 Maret 2022, 12:30 WIB
Psikiater, Jiemi Ardian/ YouTube Jiemi Ardian/
Psikiater, Jiemi Ardian/ YouTube Jiemi Ardian/ /

HALOYOUTH - Jiemi Ardian adalah Spesialis Kedokteran Jiwa dari Siloam Hospital Bogor. Ia merupakan salah satu influencer yang kerap mengampanyekan masalah gangguan jiwa di media sosial.

Menurut Jiemi Ardian, masih banyak orang yang salah kaprah dengan persoalan gangguan jiwa.

Tidak sedikit yang menilai bahwa gangguan jiwa adalah penyakit yang tidak bisa diobati. Belum lagi, Jiemi Ardian menilai stigma negatif tentang gangguan jiwa masih tinggi di masyarakat.

“Saya sering mendengar pernyataan seperti ini, buat apa ke psikiater? Memangnya saya enggak waras? Kapan ke psikiater adalah sebuah topik yang sebenarnya penting tapi jarang kita bicarakan. Seringkali kemudian topik ini dijawab dengan pengetahuan yang seadanya,” kata Jiemi Ardian seperti dikutip Haloyouth.com dari konten channel YouTube Jiemi Ardian yang diunggah pada Minggu, 21 November 2021.

Ia mengatakan bahwa pernyataan orang yang mengalami gangguan jiwa merupakan orang yang tidak waras dan gila adalah sebuah sudut pandang yang salah.

Jiemi Ardian menekankan bahwa psikiater sendiri adalah dokter spesialis kedokteran jiwa. Jadi dimulai dari pendidikan kedokteran lalu mengambil spesialisasi kedokteran jiwa selama kurang lebih empat tahun. Butuh waktu kurang lebih 10-11 tahun hingga seseorang jadi psikiater.

Baca Juga: Halusinasi Jadi Tanda Gangguan Jiwa, Segera ke Psikiater Kata Jiemi Ardian

“Di sini latar belakangnya tentu adalah kedokteran. Kenapa penting untuk mengulangi latar belakangnya adalah kedokteran? Karena artinya yang ditangani adalah penyakit. Yang ditangani adalah gangguan medik, bukan aib, bukan sesuatu yang sifatnya kelemahan personal. Ini adalah penyakit yang bisa diobati,” terangnya.

Tak bisa dipungkiri bahwa gangguan jiwa seringkali dianggap sebelah mata oleh masyarakat. Sehingga ia menilai di situlah masalah sebenarnya.

“Entah kalau penyakitnya tidak terlalu berat dipandang sebagai kesalahan kelemahan individu atau kurang ibadah, kurang bersyukur. Atau kalau penyakitnya sangat berat kemudian individu ini distigma, disingkirkan dari komunitas atau kemudian dipasung dan lain sebagainya. Dianggap ini adalah bahaya bagi komunitas, ini adalah aib bagi komunitas, masyarakat, atau keluarga,” ucapnya.

Baca Juga: Selain Jaga Kadar Gula, Buah Belimbing Bagus untuk Kesehatan Jantung, Berikut Penjelasanya

Oleh karena itulah, kata Jiemi Ardian, penanganan gangguan jiwa seringkali bermasalah. Ia menekankan bahwa gangguan jiwa berbeda dengan gangguan fisik.

“Kalau ringan dibiarkan, kalau berat disingkirkan. Nah, kan jadi enggak seimbang, enggak beres. Sementara kalau ini penyakit fisik, jika itu penyakitnya ringan, kita ngerti cara ngobatinnya sendiri. Jika penyakitnya berat kita menuju ke dokter dan di sini ada ketimpangan besar antara kesehatan jiwa dan kesehatan fisik,” pungkasnya.***

Editor: Adi Riyadi

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah