Network
HALOYOUTH - Halusinasi merupakan bagian dari gangguan jiwa. Halusinasi terjadi karena persepsi yang keliru dari otak tentang tangkapan indrawi.
Halusinasi menjadi salah satu tanda gangguan jiwa yang sangat sering dan cukup berbahaya untuk seseorang dibawa ke psikiater.
Saat halusinasi terjadi, indra manusia tidak menangkap sesuatu tetapi otak memiliki persepsinya sendiri.
“Maksudnya begini, harusnya saya enggak lihat apa-apa di depan, tapi saya lihat sesuatu di depan. Harusnya di sini enggak ada suara, tapi saya mendengar suara. Harusnya saya enggak meraba atau menyentuh ada apa di kulit, tapi saya merasakannya. Itu yang disebut halusinasi,” terang Psikiater Siloam Hospital Bogor, dr. Jiemi Ardian, dikutip Haloyouth.com dari YouTube Jiemi Ardian yang diunggah pada Minggu, 21 November 2021.
Dalam budaya Indonesia, Jiemi Ardian menyebut bahwa halusinasi seringkali berupa roh halus, jin, genderuwo, dan makhluk lainnya. Selain itu, ada juga suara-suara perintah, suara berkomentar, dan lain sebagainya. Padahal menurutnya, halusinasi adalah gangguan jiwa.
“Yang jika dilihat dari perspektif budaya, untuk gangguan roh halus dan lain sebagainya pada banyak kasus yang datang kemudian ke rumah sakit atau ke poliklinik gangguan jiwa, halusinasi ini sebenarnya adalah permasalahan dari gangguan kejiwaan,” ucapnya.
Baca Juga: Selain Jaga Kadar Gula, Buah Belimbing Bagus untuk Kesehatan Jantung, Berikut Penjelasanya
Namun budaya yang sudah mengakar tersebut membuat seseorang yang menderita halusinasi dibiarkan cukup lama hingga halusinasinya berlangsung bertahun-tahun. Dan saat dibawa ke psikiater, dampaknya sudah terlalu panjang. Belum lagi mengobatinya membutuhkan waktu yang juga lebih panjang lagi.
“Di sini kita harus waspada, karena jangan-jangan itu halusinasi dan perlu dibawa ke psikiater,” tutur Jiemi Ardian.
