Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Bangkitkan Kembali Memori Moderasi Beragama

14 Desember 2021, 08:50 WIB
Mantan Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin menyoroti polemik unggahan pejabat di media sosial. /Instagram/@lukmanhsaifuddin.

HALOYOUTH - Menteri Agama RI periode 2014-2019, Lukman Hakim Saifuddin bangkitkan memori tentang moderasi beragama.

Hal itu dia sampaikan dalam kegiatan Muktamar Pemikiran Kyai dan Nyai Muda Pesantren di Ponpes Al-Falak Pagentongan Bogor, pada Senin, 13 Desember 2021.

Dalam kesempatan itu Lukman menegaskan ulang tentang moderasi beragam.

"Yang dimoderasi itu cara beragama, bukan agamanya," kata Lukman.

Baca Juga: Shopee Rayakan 12.12 Birthday Sale, Peningkatan Kunjungan 6 Kali Lipat pada 12 Desember

Ia menyebut bahwa agama hadir untuk perdamaian, menebarkan kasih sayang, dan menjaga kerukunan.

Moderasi beragama sendiri sebutnya, bukanlah sesuatu yang baru.

"Esensi moderasi agama sudah sejak dahulu, mulai dari orangtua, guru, sampai leluhur," ujarnya.

Moderasi beragama kata dia, tidak hanya sekadar didakwahkan, melainkan sudah diamalkan atau dijadikan teladan.

Untuk itu lanjutnya, kita perlu menjaga warisan para leluhur sambil terus berinovasi dan berkreasi agar lebih baik lagi sesuai dengan konteks zaman.

Baca Juga: Gempa Terkini Guncang Jatim-Bali Berkekuatan Magnitudo 5,3

Lukman kemudian menjelaskan, mengapa memakai istilah moderasi beragama. Hal ini dikarenakan ada dua ciri utama dari bangsa Indonesia yang selalu diingat oleh bangsa-bangsa yang lain.

Pertama, Indonesia sebagai bangsa yang heterogen dan spiritualitas. Yakni kemajemukan yang terdiri dari berbagai etnis-bahasa dan religiusitas atau agamanya.

Kedua, Indonesia sebagai bangsa yang agamis. Apapun suku bangsanya, selalu menjalankan aktifitas dengan nilai-nilai agamanya.

Baca Juga: Walikota Bandung M Oded Danial Wafat, Persib Sampaikan Dukacita

"Nilai-nilai itu menjadi landasan, sekaligus menjadi orientasi ke arah mana tujuan (moderasi beragama)," ujarnya.

Pira itu mencontohkan, pada acara resmi kenegaraan, selalu diawali dan diakhiri oleh berdoa.

Hal itu menurut dia tidak dapat ditemukan di negara-negara lain. Di Indonesia juga terdapat ormas keagamaan yang jumlah anggotanya ratusan juta.

Terkait itu, pihaknya menyebut ada tiga perilaku umat beragama yang saling bertolak belakang. Di antaranya kata Lukman, adalah perilaku eksklusif, segregatif, konfrontatif.

"Perilaku eksklusif bukan bagian dari ajaran agama. Perilaku segregatif dengan mengkotak-kotakkan atau "anti-sosial" dengan umat beragama lain. Dan perilaku konfrontatif, yakni mencela, atau memperkusi umat beragama yang berbeda dengan keyakinannya," jelasnya.

Baca Juga: Shopee 12.12 Birthday Sale TV Show Datangkan TOMORROW X TOGETHER, Al & Andin, dan 3 Bintang Dangdut

Tiga perilaku tersebut menurutnya mengingkari nilai-nilai kemanusiaan universal yang ada dan bertolak belakang dengan inti pokok ajaran agamanya.

"Padahal, Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi dan melindungi harkat martabat kemanusiaan. Islam hadir agar manusia itu dimanusiaakan. Itulah pesan utama agama," tegas Lukman.***

Editor: Nahrul Muhilmi

Tags

Terkini

Terpopuler