Berbeda dengan Imam Malik, Imam Syafi’i berpendapat bahwa rezeki itu untuk mendapatkannya harus dengan usaha. Rezeki tidak dating sendiri melainkan harus dicari dan didapatkan dengan sebuah usaha.
Akhirnya pada saat itu Imam Syafi’I dan Imam Malik yang merupakan guru dan murid bersikukuh dengan pendapatnya masing-masing soal rezeki.
Hingga pada suatu waktu Imam Syafi’i berjalan-jalan keluar dari pondok yang kemudian melihat serombongan orang sedang memanen anggur.
Imam Syafi’i pun bergegas membantu mereka memanen anggur, setelah pekerjaan selesai Imam Syafi’i mendapat imbalan beberapa ikat anggur.
Saat itu Imam Syafi’i sangat senang sekali, beliau senang bukan karena mendapatkan beberapa ikat anggur melainkan beliau senang karena dengan ini ia bisa membuktikan kepada Imam Malik bahwa pendapatnya soal rezeki yang harus dicari adalah benar.
Setelah itu dengan hati gembira Imam Syafi’i bergegas menemui Imam Malik yang sedang duduk santai.
Sambil meletakkan beberapa ikat anggur Imam Syafi’i menceritakan pengalamannya pada hari itu seraya berkata:
“Seandainya saya tidak keluar pondok dan melakukan sesuatu (membantu memanen anggur) tentu anggur-anggur itu takan sampai pada tanggan saya”.