“Entah kalau penyakitnya tidak terlalu berat dipandang sebagai kesalahan kelemahan individu atau kurang ibadah, kurang bersyukur. Atau kalau penyakitnya sangat berat kemudian individu ini distigma, disingkirkan dari komunitas atau kemudian dipasung dan lain sebagainya. Dianggap ini adalah bahaya bagi komunitas, ini adalah aib bagi komunitas, masyarakat, atau keluarga,” ucapnya.
Baca Juga: Selain Jaga Kadar Gula, Buah Belimbing Bagus untuk Kesehatan Jantung, Berikut Penjelasanya
Oleh karena itulah, kata Jiemi Ardian, penanganan gangguan jiwa seringkali bermasalah. Ia menekankan bahwa gangguan jiwa berbeda dengan gangguan fisik.
“Kalau ringan dibiarkan, kalau berat disingkirkan. Nah, kan jadi enggak seimbang, enggak beres. Sementara kalau ini penyakit fisik, jika itu penyakitnya ringan, kita ngerti cara ngobatinnya sendiri. Jika penyakitnya berat kita menuju ke dokter dan di sini ada ketimpangan besar antara kesehatan jiwa dan kesehatan fisik,” pungkasnya.***