Ulas Tragedi 65, Budiman Sudjatmiko Singgung Bahaya Fitnah Politik dan Pecah Belah Tentara

1 Oktober 2021, 10:19 WIB
Tangkapan layar sejumlah kelompok masyarakat dan barisan tentara berpawai pada Rapat Tri Komando Rakyat pada bulan Desember 1961 sebagaimana didokumentasikan oleh Kementerian Penerangan Wilayah Jawa Tengah 1950—1965 (Dokumentasi No. 637), yang kemudian dikutip oleh Arsip Nasional Republik Indonesia dalam bukunya "Guide Arsip Pembebasan Irian Barat 1949—1969". ANTARA/HO-Arsip Nasional Republik Indonesia /

HALOYOUTH - Peristwia berdarah yang biasa disebut G30S PKI seakan tidak pernah selesai dibahas dan selalu muncul menjadi sorotan publik, terutama dari para setiap tokoh. Dari berbagai kesaksian yang muncul tentang latarbelakang yang mendorong konflik berdarah ini, mantan anggota DPR RI, Budiman Sudjatmiko menyoroti kesaksian pertarungan dan perebutan pengaruh yang terjadi di tubuh militer Indonesia saat itu. 

Budiman Sudjatmiko melalui akun Twitter nya kembali mengulas tragedi sejarah yang sangat kelam tersebut.

“Letkol Untung, Mayjen Soeharto, Persiden Soekarno & pasukan Cakrabirawa.. Beberapa bulan setelah foto ini, nasib puluhan juta orang tergantung dari jurus “nabok nyilih tangan” & jegal2an tokoh ini. Ini foto merangkum warna gelap sejarah Indonesia” (mengacu pada foto yang disertakan)," cuitnya sebagaimana dikutip haloyouth.com dari akun Twitter @budimandjatmiko pada Jumat, 1 Oktober 2021.

Baca Juga: Bukan Hanya 7 Jendral, Ternyata 1 Jendral Ini Juga Masuk Daftar Penyergapan PKI

“Alumni2 Banteng Raiders, batalyon tempur elite Diponegoro, itulah yg saling bertarung di 1965: otak penggiat & otak penumpas G30S: dari Ahmad Yani, Untung hingga Ali Murtopo. Kodam2 di Jawa itu punya batalyon elite: Kujang (Siliwangi) & Sikatan (Brawijaya)."

 “Orang yg tadinya punya jadwal tugas mengawal Presiden Soekarno ke Istora, malah diajak LetKol Untung (Komandan Cakrabirawa) menemui Mayjen Soeharto...ngasih laporan ttg rencana nyulik jendral2.. Akhirnya..selebihnya adalah sejarah berdarah2. Nasib prajurit."

Dalam tiga cuitan ini Budiman mengacu pada aktor dan prajurit yang menjadi korban terutama salah satunya kesaksian Ishak Bahar eks prajurit Cakrabirawa yang seharusnya mengawal Persiden Soekarno Ke Istora Senayan malah tiba – tiba diajak Untung, atasannya di Cakrabirawa untuk menghadap Soeharto guna memberitahu rencana penculikan jendral-jendral angkatan darat yang dicurigai sebagai dewan jendral yang ingin menggulingkan persiden Soekarno. 

Baca Juga: Film G30S/PKI, Pembahasan Seksi dan Tak Pernah Usang Setiap Bulan September

Sebagai prajurit Ishak terikat sumpah untuk mengikuti arahan atasannya, maka ia tidak bisa menolak ajakan Untung ketika itu dan berakhir terjebak dalam pusaran politik yang kejam.

“Inilah bahayanya fitnah politik & memecah2 belah tentara. Eh sekarang ada lagi yg mau ngulang2 kisah sukses Soeharto berkuasa... Kurikulum lawas masih mau dipakai. Mau minta korban nyawa berapa banyak utk rencana kalian berkuasa?” lanjut Budiman.

“Fitnah politik & memecah2 belah tentara ini akibatnya bisa lebih ganas dr keris Mpu Gandring: sekali dikeluarkan ia akan terus meminta darah. Saya jd ingat cerita tapol2 ex tentara (bukan cuma eks Cakrabirawa) di LP Cipinang."

Baca Juga: Benarkah Pelaku Penusukan Syekh Ali Jaber adalah PKI? Awas Hoaks! Ini Faktanya

“Sbg tentara Batalyon Banteng Raiders KODAM Diponegoro yg ditahan di Jateng krn ikut G30S, dia diperiksa & disiksa o/ rekan2 tentaranya. Eh saat RPKAD datang, penyiksa2nya kena giliran ditangkap. Setelah itu eks penyiksa2 td dibales disiksa o/ eks korban2nya." Tambah dia

“Menangkap & kena tangkap, memfitnah & kena fitnah, menyiksa & kena siksa ini terjadi beberapa gelombang...Jadi lingkaran setan siksa & kutukan sampai 3 turunan. Terus aja sampai Soeharto berkuasa 32 tahun! Lebih ganas dari keris Mpu Gandring kan?”

“Sudahlah..kalau mau memimpin republik keren ini, sampaikan visimu, bersih rekam jejakmu, tak lakukan tindak kekerasan & tak korup. Bertanding dgn fair. Gak masanya lagi fitnah2 membuat pemegang2 senjata saling curiga 1 sama lain. Kalian enak, udah kaya raya”

Baca Juga: Anak Freddy Budiman, Fikri Fernanda Ungkap Detik-detik Jelang Eksekusi Mati Gembong Narkoba 1,4 Juta Ekstasi

“Kalau otak gak punya ide brilyan & hati gak punya niat baik utk Indonesia yg keren ini..jangan bermimpi kalian akan memimpin republik ke arah baik. Kalian hanya akan menyesatkan 270 juta orang ini.... ZAMAN GAK MEMBUTUHKAN KALIAN!”

Dalam Twitter tersebut juga Budiman mengkritik para calon pemimpin republik Indonesia kedepan yang tidak punya ide dan hati masih saja menggunakan politik adu domba untuk berkuasa.

Secara umum pemahaman khalayak mengenai Gerakan 30 September (dalam dokumen pemerintah tertulis Gerakan 30 September/PKI, sering disingkat G30S/PKI), Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), atau juga Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam pada tanggal 30 September sampai awal bulan selanjutnya (1 Oktober) tahun 1965.

Baca Juga: Simpan Benda-benda ini di Dompet, Dipercaya Mengundang Rezeki Menurut Primbon Jawa

Ketika tujuh perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang yang lain dibunuh dalam suatu usaha kudeta yang disusul oleh serangkaian penangkapan, penahanan bahkan pembunuhan masal terhadap anggota, tokoh dan simpatisan Partai Komunis Indonesia sebagai organisasi yang dituduh pemerintah mendalangi kudeta.

Sampai saat ini usaha rekonsialiasi kebangsaan terus dilakukan oleh berbagai pihak yang melibatkan generasi selanjutnya dari penyintas tragedi berdarah 65’. Baik oleh organisasi, peneliti, pemerintah maupun individu yang concern terhadap isue ini.

Editor: Nahrul Muhilmi

Sumber: Twitter @budimandjatmiko

Tags

Terkini

Terpopuler