Siapa yang Berhak Memakan Sepotong Roti? Kisah Perjalanan Nasrudin Hoja dengan Pastur dan Pertapa Hindu

6 Juli 2021, 16:30 WIB
Nasrudin Hoja saat Berdebat dengan Tokoh Agama lainnya /Ilustrator by: Bd Chandra/Haloyouth.com

Haloyouth.com - Suatu hari, Nasrudin Hoja melakukan perjalanan bersama 2 orang temanya yang berbeda agama, yakni seorang Pastur dan seorang Yogi (sebutan tokoh agama Hindu atau Pertapa Hindu).

Setelah melakukan perjalanan beberapa hari, bekal mereka mulai menipis, hanya tersisa sepotong roti kecil yang sudah tidak bisa dibagi menjadi tiga bagian.

Ketiganya kemudian berdebat panjang soal siapa yang paling berhak memakan roti itu, hingga akhirnya mereka sepakat untuk memberikan jatah sepotong kecil roti itu pada siapa saja yang malam ini mengalami mimpi yang paling religius.

Senja mulai menyapa, ketiganya mencari tempat untuk bisa beristirahat dan berharap bermimpi tentang hal-hal yang paling religius.

Baca Juga: 12 Nama Bulan Islam di Kalender Hijriah beserta Artinya

Malam belum terlalu larut, mereka buru-buru untuk tidur agar bisa bermimpi religius sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Akhirnya ketiganya terlelap tidur yang hampir bersamaan, dan mimpipun mendatangi ketiganya.

Pagi harinya, mereka duduk melingkar untuk bersiap membagi cerita mimpinya agar bisa mendapatkan jatah sepotong kecil roti itu.

"Saya bermimpi melihat Kristus membawa kayu salib" kata seorang Pastur, "Mimpi ini adalah mimpi yang paling istimewa dan religius" Pastur itu melanjutkan, "Saya kira tidak ada yang lebih religus selain mimpi saya ini, bukan begitu kawan?" 

 "Sebentar," Kata Pertapa Hindu itu memotong pembicaraan, "Mimpimu itu memang istimewa, tapi saya bermimpi melakukan perjalanan ke Nirwana dan menemukan tempat yang paling damai, saya kira ini adalah mimpi yang paling religius diantara kita" katanya.

Baca Juga: Keutamaan Bulan Dzulhijjah dan 3 Amalan Penting bagi Umat Islam

"Itu memang religius, tapi lebih religius mimpi saya" kata Pastur menimpali.

"Ah, kau hanya mengagungkan mimpimu saja" kata Pertapa itu, "Kita tanya dulu Nasrudin Hoja, mimpi apa dia malam tadi".

"Kau mimpi apa Nasrudin Hoja?" Tanya Pastur itu

Nasrudin Hoja kemudian mengambil posisi paling serius diatara mereka bertiga, sambil tertunduk dan terdiam beberapa detik. Pastur dan Pertapa itu saling padang, mengira Nasrudin mengalami mimpi yang paling buruk yang membuat kondisi mentalnya tidak bersemangat.

Baca Juga: 5 Keutamaan Sedekah pada Hari Jumat, Pahala Lebih Besar Laksana Sedekah Dibulan Ramadhan

"Ayo, ceritakan mimpimu," Kata Pertapa

"Saya bermimpi sedang kelaparan di tengah Gurun," Jawab Nasrudin dengan nada yang pelan dan seolah penuh penyesalan, "Aku melihat bayangan Nabi Khidir, kemudian Beliau bersabda 'Kalau engkau lapar, makanlah roti itu.' Jadi saya langsung terbangun dan memakan roti itu saat itu juga"

"Apa??" 

Pastur dan Petapa itu sontak kaget, kedunya langsung berdiri dan mencari-cari sepotong roti itu, tapi tidak ditemukan, benar saja, roti itu sudah habis dilahap Nasrudin Hoja semalam. 

Sedikit Hikmah dibalik Humor ini dalam pesprektif penulis

Kisah ini menceritakan hubungan pertemanan yang tidak memandang suku dan agama, bahwa kita bisa bersahabat dengan siapa saja termasuk dengan orang-orang yang tak seagama, karna hakikatnya semua manusia adalah saudara.

Perjalanan itu, adalah semacam tujuan untuk mencapai kebenaran, semua dibolehkan membawa keyakinannya masing-masing untuk mencapai tujuan, dan spotong roti adalah gambaran Nafsu, semua agama harus berhadapan dengan "Nafsu" itu. Sejauh apa mereka bisa menguasai Nafsu tersebut agar tidak dikendalikan oleh Nafsu.

Dari cerita itu, kita mengerti tentang klaim keagamaan, bahwa "Mimpiku yang paling religius" adalah hanya sekadar "klaim" sepihak, yang tujuannya hanya untuk kepetingan pribadi, untuk mengisi perut yang kosong dan kelaparan.

Ini bisa berarti bahwa Perut Kosong adalah Nafsu, sementara Logika adalah alat untuk mencapai tujuan perut kosong itu, sementara perdebatan dalam perbedaan agama sebaiknya dihindari, sebab klaim itu masih bisa salah.

Paling tidak, Nasrudin Hoja ingin menyampaikan, "Sudah jangan berdebat soal perbedaan agama hanya demi kepentingan pribadi, lakukan saja apa yang seharusnya dilakukan sesuai dengan anjuran agama masing-masing.

 

Editor: Rifqiyudin

Sumber: Kisah Hikmah Para Sufi

Tags

Terkini

Terpopuler