Sedikit Hikmah dibalik Humor ini dalam pesprektif penulis
Kisah ini menceritakan hubungan pertemanan yang tidak memandang suku dan agama, bahwa kita bisa bersahabat dengan siapa saja termasuk dengan orang-orang yang tak seagama, karna hakikatnya semua manusia adalah saudara.
Perjalanan itu, adalah semacam tujuan untuk mencapai kebenaran, semua dibolehkan membawa keyakinannya masing-masing untuk mencapai tujuan, dan spotong roti adalah gambaran Nafsu, semua agama harus berhadapan dengan "Nafsu" itu. Sejauh apa mereka bisa menguasai Nafsu tersebut agar tidak dikendalikan oleh Nafsu.
Dari cerita itu, kita mengerti tentang klaim keagamaan, bahwa "Mimpiku yang paling religius" adalah hanya sekadar "klaim" sepihak, yang tujuannya hanya untuk kepetingan pribadi, untuk mengisi perut yang kosong dan kelaparan.
Ini bisa berarti bahwa Perut Kosong adalah Nafsu, sementara Logika adalah alat untuk mencapai tujuan perut kosong itu, sementara perdebatan dalam perbedaan agama sebaiknya dihindari, sebab klaim itu masih bisa salah.
Paling tidak, Nasrudin Hoja ingin menyampaikan, "Sudah jangan berdebat soal perbedaan agama hanya demi kepentingan pribadi, lakukan saja apa yang seharusnya dilakukan sesuai dengan anjuran agama masing-masing.